BANDUNG-Puting beliung menerjang Desa Mekarsaluyu, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Minggu (28/3) sore. Peristiwa itu menyebabkan sejumlah rumah warga rusak dan pohon tumbang.
Berdasarkan analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kecepatan angin yang tercatat di Stasiun Geofisika Bandung pada pukul 15.00 WIB sekitar 28 kilometer/jam.
Penyebab angin puting beliung yang disertai hujan deras dipengaruhi beberapa faktor. Hasil pantauan citra satelit terdapat pembentukan awan Cumulonimbus di wilayah Cimenyan sekitar pukul 15.20 WIB, serta kondisi kelembapan yang cenderung basah pada ketinggian kurang lebih 3 kilometer diatas permukaan laut mendukung pembentukan awan-awan hujan. “Untuk faktor regional, adanya daerah belokan angin (shearline) di Jawa Barat bagian tengah serta adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia. Seiring akan memasuki periode transisi/pancaroba, ditandai dengan gejala cuaca yang tidak stabil dan adanya perubahan pola angin sehingga potensi hujan yang terjadi bisa disertai kilat/petir dan angin kencang atau angin puting beliung,” terang Prakirawan cuaca BMKG Bandung, Muhammad Iid, Senin (29/3).
Baca Juga:Produk UMKM Karawang Bakal Masuk Kantin PerusahaanWarga Senang, Bantuan BLT DD Disalurkan
Ditambah dengan faktor global, yakni karena terdapat anomali suhu permukaan laut di perairan Jawa Barat yang masih cenderung hangat sehingga berpeluang terjadi pembentukan awan konvektif potensial hujan.
Menurut dia, angin puting beliung bisa terjadi dimana saja termasuk di kawasan dataran tinggi seperti Cimenyan selama ada proses pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb). Hal itu ditambah adanya perubahan fungsi lahan pertanian atau pemukiman sehingga proses konveksi cukup kuat untuk pembentukan awan Cumulonimbus. “Kondisi musim saat ini kita akan memasuki periode transisi atau pancaroba sehingga fenomena angin puting beliung dan cuaca ekstrem bisa kerap saja terjadi,” bebernya.
Iid mengungkapkan, salah satu tanda atau potensi bakal terjadi puting beliung biasanya adanya keberadaan awan Cumulonimbus, tapi tidak mesti pula ada awan Cb yang menyebabkan angin puting beliung.
Masyarakat bisa memprediksi awal terjadi puting beliung dengan melihat keberadaan awan Cumulonimbus yang mengalami perubahan secara drastis, yang tadinya putih berubah menjadi hitam pekat. “Kejadian angin puting beliung sifatnya lokal sekali dan durasinya tidak lama. Terkadang prosesnya mulai dari tumbuh hingga proses disipasi atau peluruhan awan berupa hujan disertai angin puting beliung dalam hitungan menit, kurang lebih selama 40 menit,” jelasnya.(eko/sep)