Oleh : Ika Nur Wahyuni
Wacana impor 1 juta ton beras yang sempat dilontarkan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi beberapa waktu yang lalu menuai polemik di tengah masyarakat. Menurut Mendag, impor beras diperlukan untuk menjaga stok beras nasional dan menstabilkan harga. Bahkan Mendag menjamin impor beras tidak akan menghancurkan petani di Infonesia. (CNN, 20/03/2021)
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tentu saja menolak mentah-mentah rencana pemerintah untuk melakukan impor 1 juta ton beras. Menurutnya rencana tersebut akan mengancam kesejahteraan petani karena produksi beras di Jawa Barat pada Maret-April dipastikan surplus karena pada bulan itu saatnya panen raya. (Bisnis.com, 17/3/2021)
Bergulirnya wacana impor menyebabkan keresahan di kalangan petani begitu tinggi yang berimbas pada penurunan harga gabah yang cukup signifikan. Para petani di Jawa Barat pun tidak luput dari dampaknya. Ketua Gerbang Tani Jawa Barat Jenal Murtado menyatakan selain hujan dan banjir yang terjadi beberapa waktu yang lalu, isu impor beras juga memicu anjloknya harga gabah di wilayah Jawa Barat.
Baca Juga:Petani Tekor Ditengah Kebijakan ImporFood Estate Solusi Pintas Ketahanan Pangan
Ia menyontohkan harga gabah anjlok di Pangandaran hingga mencapai Rp 3.500 per kilogram. Begitu juga di Karawang, harganya anjlok hingga Rp 2.800 perkilogram. Padahal harga sebelumnya Rp 4.000 perkilogram. Oleh karena itu Gerbang Tani kompak menolak impor beras mulai dari pimpinan pusat hingga daerah karena jelas-jelas merugikan petani. (Antara Jabar, 24/3/2021)
Presiden Jokowi pun menegaskan pemerintah tidak akan mengimpor beras hingga pertengahan tahun ini. Bahkan Presiden menyatakan bahwa sudah 3 tahun ini tidak ada impor beras masuk ke Indonesia. Namun data berbeda dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan data milik BPS impor beras masih terjadi pada kurun waktu tersebut dengan angka jutaan ton. (Bisnis tempo, 30/3/2021)
Seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara agraris yang memiliki lahan yang sangat luas. Apabila dikelola dengan baik, memenuhi seluruh kebutuhan bahan pokok masyarakat hingga ke pelosok negeri adalah suatu keniscayaan. Sesungguhnya apa yang terjadi dengan Indonesia? Mengapa negara agraris harus menggantungkan kebutuhan pokoknya dari impor?
Menurut pakar ekonomi dari Indef Bhima Yudhistira terjadinya impor tiap tahunnya dikarenakan sengkarut data perberasan antara BPS dan Kementrian terkait sehingga mereka membuat data dari sumber sendiri yang pada akhirnya masalah data ini seperti sengaja diciptakan oleh rente impor untuk meraup marjin keuntungan yang besar.