SUBANG– Bukit Nyomot adalah salahsatu titik area yang memiliki potensi ekonomi. Antara lain, hamparan ribuan hektar area lahan tidur yang tidak terurus dan terpelihara.
Ada sekitar 6.000 ha area lahan tidur yang saat ini terbengkalai. Dan konon katanya diklaim lahan tersebut adalah lahan dibawah wilayah Perhutani. Dari 6.000 ha itu membentang dari timur ke barat di 6 kecamatan yaitu, Cipeundeuy, Serangpanjang, Sagalaherang, Kalijati, Dawuan dan Cijambe. Wilayah lahan tidur dan tak bertuan itu, memiliki potensi ekonomi yang terpendam bila dikelola dengan baik.
Hal tersebut dikatakan Bupati Subang H. Ruhimat, usai bermain bola bersama wartawan Subang yang tergabung dalam organisasi PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) dan AWAS (Aliansi Wartawan Subang), di Persikas Subang, Jumat (9/4).
Baca Juga:TAMAN: Kabupaten Karawang Belum Ramah AnakBulan Madu Mengesankan di Bali, Kebaikan Hati Motivator Nasional DR Aqua Dwipayana
Menurut Bupati Subang H. Ruhimat, lahan seluas 6.000 ha di 6 kecamatan tersebut sedang diurus legal aspeknya. Bila izin itu sudah terbit, masyarakatpun bisa mengolah lahan tersebut.
Potensi ekonomi yang bisa dikembangkan disana yaitu tanaman keras seperti jati dan mahoni, untuk perkebunannya bisa tanam rempah-rempah seperti tanaman pala yang bisa ditumpangsarikang dengan kebun pisang dengan jarak 3 meteran disela-sela pohon pala.
“Jadi, kalau ditata dan dikelola lahan tidur itu, akan jadi lahan ekonomi dan bisnis jangka menengah dan jangka panjang,” kata Bupati H. Ruhimat.
Hitung saja, jika dalam 1 ha bisa ditanam 1.000 pohon pisang dan satu pohon pisang menghasilkan 10 kg pisang, maka akan diproduksi 10 ton pisang setiap panen.
“Jika harga pisang, katakanlah Rp3.000 per Kg, maka akan diperoleh pendapatan sekitar Rp30 jutaan per panen pisang,” tutur Bupati H. Ruhimat.
Selain potensi perkebunan, di Bukit Nyomot potensi peternakanpun bisa dikembangkan, salahsatunya ternak sapi. Dimana akan ada populasi ribuan ekor sapi, di lahan ribuan hektar area tersebut.(dan/vry)