Menurut Waryono Abduul Ghafur dalam Tafsir Sosial mengungkapkan bahwa puasa merupakan salah satu ekspresi dari orang yang bukan hanya cerdas secara spiritual, tetapi juga cerdas secara emosional.
Hal ini disebabkan karena puasa akan membentuk kepribadian pelakunya dan membingkainya dalam prilaku positif seperti sabar, empatik terhadap sesama, dan solidaritas kemanusian. Puasa juga harus dijadikan sebagai katalisator untuk menahan agar prilaku negatif
Puasa mengajarkan agar kita hidup optimis dan susah dahulu, karena puasa mengajarkan pelakunya untuk rela menderita sementara dan menunda kesenangan duniawi, demi meraih keberhasilan ke depan.
Baca Juga:Pendidikan Pemilih, KPU Gandeng STAI Al MuhajirinIni Tuntutan JPU, Perkembangan Kasus Pembakaran Gedung Kejagung
Muhammad Iqbal dalam Buku “Ramadhan dan Pencerahan spiritual” mengungkapkan bahwa puasa hendaknya dijadikan momentum untuk melakukan pencarian terhadap makna hakiki dengan menyebrangi simbol-simbol keagamaan.
Kemampuan untuk menyebrangi makna simbolis keagamaan, termasuk puasa, akan sangat membantu bagi tumbuhnya sikap religius individu dan masyarakat, yang sejalan dengan maksud hakiki ajaran agama itu sendiri. Kesadaran ini selanjutnya akan mengantarkan seseorang pada peningkatan kualitas, baik secara vertikal maupun horizontal.
Seorang mukmin yang melakukan puasa dengan benar akan terketuk hatinya melihat penderitaan orang lain dan berusaha memberi pertolongan kepada mereka yang sangat membutuhkan pertolongan.
Seorang yang ingin puasanya tinggi di hadapan Allah, tidak hanya melakukan puasa dengan menahan diri dari segala yang membatalkan ibadah puasa, tetapi lebih dari itu, akan mengisi puasa dengan mempertajam kepekaan sosialnya. Akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tingkat puasa yang super eksekutif, dalam bahasa terminologi agama disebut khaushul khawash.
Puasa telah mengingatkan kita semua bahwa tantangan yang paling nyata adalah persoalaan kemiskinan. Puasa merupakan metode jihad spiritual berbasis kemanusian, di mana yang menjadi sasaran adalah bagaimana pengendalian diri agar mempunyai kekuatan spiritual yang tinggi. Sehingga bisa mendistribusikan potensi-potensi ekonomi.
Orang berpuasa dianjurkan untuk memperbanyak aktivitas yang terpuji, seperti menolong oranglain, berderma, menepati janji, termasuk membaca Al-Quran, bertanggung jawab, dan menghargai waktu, terutama dalam melakukan janji, khusus di bulan suci ramadhan, pahala dari Allah SWT, akan dilipatkan gandakan.