Dan yang seringkali disalahkan pula adalah rakyat. Contohnya terkait kebiasaan buruk buang sampah atau ketika ada di antara mereka yang mendirikan bangunan di bantaran sungai. Padahal jika mau jujur, sebab utama banjir ialah paradigma pembangunan yang tidak akomodatif dengan daya dukung lingkungan. Kebijakan pembangunan berparadigma sekuler kapitalistik hingga kini justru mengindahkan ambisi para pemilik modal.
Itu sebabnya, tingginya kasus banjir sejalan dengan naiknya intensitas pembangunan multisektor di dataran tinggi atau wilayah penyangga air. Seperti dibukanya kawasan-kawasan wisata, wilayah pemukiman, kawasan industri, pembukaan lahan perkebunan, dan lain-lain. Banjir juga sejalan dengan alih fungsi pesawahan di wilayah perkotaan. Entah itu untuk proyek perumahan, ataupun pengembangan kawasan bisnis. Maka wajar saja semua lahan di kota-kota tertutup semen dan aspal. Apalagi diperparah oleh instalasi drainase yang buruk menjadikan air sulit mencari jalan kembali.
Seharusnya, dilakukan koreksi yang mendasar atas paradigma bencana dan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Selama bencana dilihat sebagai faktor alam semata dan jauh dari cara pandang Islam yang sarat akan kebaikan, tentu dorongan untuk untuk mencari penyelesaian akan sulit untuk terwujud. Alih-alih menjadi sumber kebaikan, kebijakan pemerintah justru jadi sumber kerusakan.
Baca Juga:Pasar Tumpah Dilarang, Kerumunan Lain DibiarkanDinas Kesehatan Tingkatkan Kompetensi SDM
Namun selama sistem sekuler dan kapitalisme terus dilanggengkan, maka persoalan-persoalan itu akan terus terjadi. Ia membuka ruang yang besar untuk berkembangnya perilaku eksploitatif dan destruktif di tengah-tengah masyarakat. Negara menjadi alat legitimasi bagi kebijakan dan praktek pembangunan untuk memenuhi hasrat para pemilik modal. Meskipun dampaknya adalah kerusakan alam, lingkungan, dan kemanusiaan.
Dalam pandangan Islam, banjir ataupun bencana lain adakalanya betul-betul merupakan bentuk ujian keimanan dari Allah yang mesti diterima dengan penuh keikhlasan dan rasa sabar. Tapi tidak sedikit juga bencana yang sesungguhnya diakibatkan oleh kejahilan dan dosa yang dilakukan oleh manusia.
Maka dari itu, yang pertama harus dilakukan saat terjadi bencana yaitu muhasabah dan taubat. Lalu memperbaiki perilaku yang tidak sesuai dengan syariat, baik dalam tataran individu, masyarakat, maupun negara. Pemerintah di semua level lebih serius mengevaluasi dan memperbaiki tata ruang wilayahnya. Dilakukan revisi perencanaan pembangunan bila perlu, jika terbukti adanya degradasi lingkungan sebagai salah satu penyebab banjir.