Wajar saja Krakatau Steel percaya ke bank bjb, sebab bank milik Pemprov Jabar itu tidak hanya sehat, tapi bugar. Saat pandemi begini, bank bjb malah mencatat keuntungan lebih besar dibanding tahun 2019. Hingga Agustus labanya Rp1,1 trilun, padahal tahun sebelumnya-tidak ada pandemi-hanya Rp822 miliar.
Dirut bank bjb Yuddy Renaldy menyebut bahwa telah terjadi anomali. Tentunya itu kondisi anomali yang enak. Bahkan logonya pun anomali: saya tidak mengerti mengapa huruf singkatan bjb harus diketik huruf kecil. Padahal kata guru Bahasa Indonesia huruf singkatan harus besar. Ya sudah tidak apa-apa, yang penting laba besar!
BUMD PT Tjipinang tadi juga anomali. Tidak punya sawah tapi bisa penen padi. Bisa jualan beras di online shop. Yang punya sawah aja belum tentu bisa begitu. Bahkan mantan Dirut-nya juga anomali, diangkat jadi Dirut BUMN. Saya pun yakin dengan kinerja gemilang itu, Dirut bank bjb pun punya peluang menjadi Dirut BUMN, naik derajat seperti Arie Prasetyo.
Baca Juga:Panitia Porprov Jabar DibentukKucurkan Rp1,7 T untuk Pembangunan Ibu Kota Baru
Padahal biasanya yang ditempatkan di sana latar pendidikannya kebanyakan lulusan luar negeri. Atau pernah sukses memimpin BUMN lainnya. Tapi Erick Thohir tidak berfikir begitu. Memilih orang yang sukses memimpin BUMD. Bagi Erick tentu tidak aneh, toh dia juga pernah menjadi pemilik klub Intermilan. Mengalahkan dominasi orang kaya Timur Tengah yang biasa membeli klub bola internasional.
Bagaimana BUMD di Subang? Sepertinya lagi ramai. Tidak dengan sebelumnya adem-adem aja. Maklum bupatinya sekarang pengusaha. Pasti lebih jeli mengevaluasi. Lebih ngotot agar perusahaan daerah ini maju. Sebab kondisi PAD lagi lesu, pendapatan merosot. Maka program pun berkurang. Setadinya berharap BUMD ini menyumbang pundi-pundi kas daerah.
Tidak diam, Bupati Ruhimat pun kabarnya sudah membawa BUMD Subang agar menyuplai kebutuhan pangan Jakarta bekerjasama dengan Food Station. Lalu mendorong agar BUMD mendapat saham dari pengelolaan tol Cipendeuy-Patimban yang akan dibangun. “Baru dapat 7,5 persen, saya mau 10 persen,” begitu kata Bupati Ruhimat dalam satu kesempatan.
Kini kontribusi BUMD masih minim. Hanya Bank Subang, yang dulu BPR sudah setor PAD cukup besar sekitar Rp13 miliar. Di urutan kedua PT Subang Sejahtera (SS) menyetor Rp1,6 miliar, PDAM Rp500 juta dan PT Subang Energi Abadi (SEA) belum bisa setor.