Kejernihan Hati, Kunci Penguasaan Ilmu

Kejernihan Hati, Kunci Penguasaan Ilmu
0 Komentar

Oleh : Prof Dr KH M Quraish Shihab

Salah jika selama ini Al-Quran disebut sebagai sebuah buku ilmiah. Al-Quran memilki uraian yang diulang-ulang dan tidak tersistem dengan baik, tidak seperti kitab atau buku ilmiah. Al-Quran adalah kitab dakwah.

Meskipun bukan kitab ilmiah, Al-Quran memiliki kaitan yang erat dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan disyaratkan dalam berbagai ayat dalam Al-Quran. Al-Quran mendorong iklim ilmiah, mendorong umat untuk belajar. Dalam Al-Quran ilmu dikatakan menjadi hikmah apabila benar (ilmiyah) dan diamalkan (amaliyah). Ilmu dan hikmah didapatkan dengan cara mengamalkannya, maka kita akan temukan apa yang belum kita ketahui.

Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang pandai membaca. Karena itu, Allah SWT memerintahkan dalam surat Al-Alaq ayat pertama, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu”. Hal itu menggambarkan tentang ilmu, cara memperolehnya, dan hubungan akrab antara manusia dengan Tuhan yang memberi ilmu. Ayat tersebut juga berarti, dalam Islam, ilmu didedikasikan untuk kemaslahatan umat.

Baca Juga:Rima Anissa Ubah Masakan Rumahan jadi Gaya ProfesionalBerikut Besaran Gaji Guru Ngaji, Marbot dan Amil di Karawang

Ilmu bisa menjadi wadah pengetahuan sekaligus alat pengetahuan. Ilmu yang buruk seperti kolam, hanya menjadi wadah ilmu tapi tidak dapat menjadi sumber ilmu. Jadilah sumur, yang bisa menjadi wadah sekaligus sumber air (ilmu). Untuk dapat ilmu, kita gali terus sumur itu, keluarkan yang kotor-kotor, maka semakin jernih hati kita, dan ilmu akan semakin mudah diraih.

Sumber ilmu tidak cuma dari proses belajar mengajar. Ilmu adalah cahaya yang ditampakkan oleh Tuhan kepada manusia-manusia yang jernih hatinya, melalui wahyu, firasat, dan intuisi. Hati yang jernih diraih dengan percaya kepada Allah SWT, berprasangka baik pada Allah SWT, menjaga hubungan mesra dengan sesama manusia, selalu berpikir positif, tidak dengki, culas, dan sombong.

Adapun hambatan-hambatan yang menghalangi kemajuan ilmu. Yaitu, apabila kita mempelajari ilmu karena mengharapkan hasil materi, dan apabila kita mempelajari ilmu karena seseorang dalam bidang ilmu itu.(*)

 

0 Komentar