BANYAK yang terjadi di dunia Pendidikan selama pandemi Covid-19. Semua aktivitas belajar tatap muka dihentikan. Digantikan secara daring (online).
Orang tua siswa harus mendampingi anaknya belajar menggunakan handphone. Via zoom meeting atau menyimak penjelasan guru melalui rekaman video. Bagi orang tua yang tidak paham teknologi, tentu ini tantangan sekaligus menyulitkan. Yang lebih sulit: terpaksa harus punya hape berbasis android. Harus ada paket internet.
Masalah lain muncul: tidak semua daerah bisa terkoneksi internet. Apalagi di Subang masih banyak blank spot area. Jadi punya hape dan pulsa pun percuma. Tidak terkoneksi. Saya tidak tahu persis, bagaimana belajar siswa di daerah terpencil. Kabarnya tetap saja orang tua murid mengambil tugas untuk anaknya. Lalu diserahkan lagi jika sudah dikerjakan. Manual.
Baca Juga:Suka Duka Guru Mengajar di Masa Pandemi Covid-19Gaduh Soal Dilarang Solat Ied Berjamaah dan Ziarah ke Pemakaman, Ini Jawaban Wabup
Tapi obrolan di diskusi Hari Pendidikan Nasional yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Subang 3 Mei lalu tidak menyinggung itu. Fokus bagaimana upaya inovasi pendidikan dilakukan saat pandemi Covid-19. Kepala Disdikbud Tatang Komara mengakui, banyak guru yang minta izin menggelar tatap muka terbatas. Kasian dengan muridnya.
“Saya tegaskan tidak boleh. Menghindari penyebaran virus. Tentu sebagai guru kita kasihan dan sayang ke murid. Tapi bagaimana lagi, tahan dulu aja sampai kondusif,” ujar Tatang dalam diskusi itu.
Pak Tatang memang lama menjadi guru. Kemudian pindah ke struktural. Sempat menjadi camat. Baru kemudian di masa Bupati Ruhimat, sekitar awal tahun lalu lulus open bidding menjadi kepala Dinas Pendidikan.
Selama satu tahun apa saja yang dilakukan? Sebagai jurnalis, saya tetap punya sisi kritik dari kinerja Disdikbud. Dua kali saya bolak-balik dokumen Ringkasan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (RLPPD) Kabupaten Subang. Dokumen resmi yang harus diumumkan di media. Bisa pula didownload secara online.
Dalam dokumen itu, Disdikbud Subang tidak termasuk dinas atau perangkat daerah yang memiliki inovasi digital. Saya sampaikan itu dalam forum diskusi. Tentu dengan bermaksud memberi masukan. Dunia pendidikan tidak boleh kalah dengan dunia medis yang dituntut ekstra melahirkan inovasi, selain tentu harus menemukan anti-virus.