Saya memberi masukan, membuat inovasi digital untuk melayani guru dan siswa di Subang. Tapi bagi saya, inovasi itu tidak harus digital. Sebab sangat banyak aplikasi yang tidak terpakai, juga untuk apa. Seperti aplikasi yang dihibah-hibahkan Pak Guburnur Jabar Ridwan Kamil. Entah nasibnya bagaimana. Seperti aplikasi pelaporan masyarakat, toh juga tidak ditindaklanjuti.
Tertantang untuk menjawab, Pak Kadis Tatang segera menjelaskan. Ternyata sudah banyak hal juga yang dikerjakan. Di antaranya memperbaiki kinerja Disdik itu sendiri. Hal yang mendasar. Jauh sebelum menuju inovasi digital.
Sebab kata Tatang, saat dirinya masuk ke Disdikbud awal tahun 2020 lalu, kinerja Disdikbud Subang berada di predikat kinerja CC. “Dalam SAKIP (Sisten Akuntabilias Kinerja Instansi Pemerintah), pertama saya masuk nilainya CC, di bawah C. Saya juga banyak dikritik oleh DPRD. Kemudian dengan dibantu sekretaris, kabid dan para kasie, dukungan semuanya kita kerja keras, alhamdulilah hasilnya berubah menjadi B,” jelasnya. Diikuti tepuk tangan yang hadir. Termasuk saya.
Baca Juga:Suka Duka Guru Mengajar di Masa Pandemi Covid-19Gaduh Soal Dilarang Solat Ied Berjamaah dan Ziarah ke Pemakaman, Ini Jawaban Wabup
“Lalu guru-guru kita juga banyak hebat. Ada yang sudah juara inovasi digital tingkat nasional. Kemudian Pak Sekretaris Dinas, akan mengembangkan sistem, nanti tidak harus datang ke dinas. Cukup secara online saja, itu inovasi kepegawaian. Mohon maaf saya tidak menyampaikannya ke media juga dalam RLPPD,” kata Tatang lagi.
Dalam hati: mohon maaf, saya juga kurang mengejar informasi ini ke Dinas Pendidikan. Sudah sepatutnya media menggali informasi. Tidak harus diberi tahu.
Tapi karena itulah, diskusi makin hidup. Kepala dinas yang jarang terekspose media ini, menunjukkan bahwa dirinya bekerja serius. Bekerja dalam senyap.
Sementara pemerhati segala hal–saya menyebutnya begitu–Kaka Suminta, yang juga hadir dalam diskusi itu, menekankan bahwa pandemi Covid-19 mendorong manusia untuk relevan dengan zaman dan beradaptasi.
Inovasi merupakan bagian dari upaya adaptasi agar manusia semakin relevan dengan keadaan. Yang tidak relevan maka akan tersingkir. Indonesia, kata Bung Kaka pernah melakukan terobosan dalam hal pendidikan. Di tahun 1980-an, pernah melakukan program SD Inpres, suatu terobosan untuk mendorong wajib belajar tingkat dasar.