Mudik Kampung vs Mudik Hati

Mudik Kampung vs Mudik Hati
0 Komentar

Menjelang H-4 pusat perbelanjaan di daerah mulai diserbu pembeli dan kerumunan tidak bisa dihindarkan. Taka ada petugas di lokasi itu dan dianggap sebagai hal yang wajar menjelang lebaran maka para pengusaha yang banyak mengeruk untung karena dagangannya diserbu pembeli, bahkan pembeli ada yang menggunakan sepur mini ketika menuju tempat perbelanjaan. Inilah budaya mudik dan belanja jelang lebaran. Lebaran tiba, baju harus baru, celana juga baru, perangkat sholat pun demikian, tiada hari tanpa pakaian baru, jika perlu mobilpun juga baru.

Sebenarnya ummat Islam tidak perlu khawatir jika belum bisa mudik tahun ini mengingat pandemi masih mengancam keselamatan manusia dan dalam pandangan islam hal ini masih diperbolehkan dengan alasan yang mendasar.  Kita  justru khawatirkan adalah jika kita belum mempersiapkan diri untuk mudik ke hati. Pesan QS Al Baqarah 183 , dengan berpuasa diharapkan kita meningkat derajadnya dari level orang yang beriman menjadi orang yang bertaqwa. Karena dengan takwa ini menjadi bekal yang terbaik menghadap Allah swt.  Kita berasal dari suatu tempat dan hendak kembali menuju tempat itu. Kita berasal dari Allah, dan akan kembali kepada-Nya. Inna lillahi wainna ilaihi ro ji’un. Ingat firman Allah : “Manusia diciptakan sebagai machluk yang bentuknya sebaik baiknya tetapi dikembalikan ke tempat yang serendah rendahnya” (QS 95:4-5), itulah mudik yang sebenarnya,

Tidak heran jika para ulama sufi membagi mudik ke dalam dua jenis yaitu mudik jasmani dan mudik ruhani. Mudik jasmani merupakan perjalan pulang-pergi seseorang secara fisik ke kampung halamannya dan setelah itu dapat pergi lagi dari kampung halamannya kembali lagi ke aktivitas kesehariannya. Dalam terminologi geografi disebut mobilitas penduduk horizontal karena gerakan manusia dari daerah asal menuju daerah tujuan. Ada juga mobilitas vertical atau perubahan status social dalam masyarakat. Sedangkan mudik yang sebenarnya adalah perjalanan ‘pulang’ ruh seseorang untuk pulang ke rahmatullah dan tidak akan kembali lagi ke kehidupan duni

Baca Juga:Membaca Jejak Digital Segala Urusan: Masa Lalu, Kini Dan NantiBertemu Anies, AHY Saling Apresiasi dan Ingin Terus Berkolaborasi

Ramadhan merupakan bulan penuh berkah dan ampunan dari Allah SWT. Maka bulan ini merupakan salah satu momentum terbaik kita untuk mengumpulkan bekal terbaik dalam perjalanan mudik ruhani. Namun dalam hitungan hari ke depan kita akan segera berpisah dengan bulan Ramadhan, dan akan bertemu kembali dengan bulan Ramadan tahun depan jika Allah SWT belum menghendaki kita untuk ‘mudik’ (kembali) ke hadiratNya.

0 Komentar