Membaca Jejak Digital Segala Urusan: Masa Lalu, Kini Dan Nanti

Membaca Jejak Digital Segala Urusan: Masa Lalu, Kini Dan Nanti
0 Komentar

Oleh :

1.Prof.DR.Aris Poniman ( Dosen Pasca Sarjana Ilmu Geografi UI dan Universitas Pertahanan Indonesia )

2.Drs.Priyono,M.Si ( Dosen Dan Wakil Dekan I Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta )

 Ma syaa Allah , itu kalimat thayibah yang harus terucap dari seorang muslim ketika melihat, merasakan dan menikmati karunia Allah yang maha dahsyat melalui karya machluk ciptaannya . Jejak digital kita, berdasar fakta dan fenomena yang ada, dapat dibaca dan ditelusuri.  Makhluk ciptaan Allah, alam semesta termasuk manusia yang hidup di bumi, semua terekam jejak digitalnya.  Tidak terbayangkan sebelumnya, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat cepat. Manusia sejak menyadari kehidupannya, memandang fenomena sesuai dengan persepsi berdasarkan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Kejadian masa kini yang mungkin tidak pernah dibayangkan sebelumnya sehingga kita sempat kaget , mulai dari jejak digital, perubahan lainnya yang serba menakjubkan bisa terjadi di masa sekarang dang masa yang akan dating.

Baca Juga:Bertemu Anies, AHY Saling Apresiasi dan Ingin Terus BerkolaborasiPeran Orang Tua dan Guru Dalam Pembelajaran Daring

Track record karya seseorang dapat dibaca dan dilacak,bahkan jejak pandemic Covid-19 dan sebarannya secara spasial di muka bumi dapat dipantau dengan jejak digital seseorang dan kelompok orang yang pernah dijumpainya.  Namun begitu, penafsiran terhadap berbagai jejak digital segala fenomena atau urusan sangat tergantung dari persepsi dan pengetahuan masing-masing orang atau kelompok orang.

Citra di bawah ini membuktikan bahwa persepsi seseorang terhadap data atau suatu fenomena  tergantung dari pengalaman bersama atau masing-masing orang dalam memaknai fenomena yang terlihat di dunia.  Satu citra bisa berbagai cerita dibuatnya

Melihat foto atau citra tersebut spontan kita terbawa persepsi pada fenomena yang sering dilihat pada malam hari.  Bulan sabit.  Padahal bukan. Keterbatasan daya pandang mata manusia membuat persepsi sesuai dengan limitasinya.  Kemajuan teknologi penginderaan jauh satelit, manusia juga dapat merekam fenomena seperti bulan sabit, sebagai jejak digital suatu obyek yang perlu terus menerus dipantau perubahannya.  Dengan memiliki citra multi temporal, bahkan sekarang citra hiper temporal setiap waktu tertentu tiap hari, dapat mengembangkan persepsi yang lebih baik berdasarkan pengetahuan. Lebih lanjut berbagai pengetahuan tersebut dianalisis dan disintesiskan untuk mengambil keputusan dengan berbagai skenario solusi.

0 Komentar