Heru
(Kepala Sekolah Muhammadiyah Subang dan Sekjen FKSS Jawa Barat)
Agenda kegiatan sekolah menurut kalender pendidikan bada Iedul Fitri (lebaran) setidaknya ada dua kegiatan rutin yang cukup menyita perhatian bahkan boleh disebut sebagai kegiatan yang besar dan mendasar. Pertama PPDB (penerimaan peserta didik baru) tahun ajaran 2021/2022 dan dimulainya tahun ajaran baru tahun 2021/2022. Kedua kegiatan ini tentu akan disikapi seurieus oleh sekolah, karena dua kegiatan ini akan sangat mempengaruhi keberlangsungan sekolah baik sekolah negri apalagi sekolah swasta.
Untuk dua kegiatan itu pemerintah selalu mengeluarkan regulasi baik aturan dari kementrian Kemdisdikbud Ristek Dikti sampai ke peraturan Kepala Dinas tingkat propinsi dan kabupaten kota. Kedua kegiatan tersebut sejatinya adalah kegiatan rutin tahunan, yang tentu para pihak yang berkepentingan sudah mempersiapkan diri. Namun demikian untuk kegiatan dimulainya pembelajaran tahun ajaran baru 2021/2022, masih menyisakan pertanyaan besar.
Pertanyaannya bukan pada jadi tidaknya pembelajaran tahun ajaran 2021/2022, tetapi terkait apakah PTM (Pembelajaran Tatap Muka) tahun ajaran 2021/2022 dapat dilaksanakan. Mengingat sekarang keadaan Pandemi Covid19 belum berahir. Serangkaian pertanyaan ini menjadi salah satu diskusi para ahli pendidikan, para pemangku kebijakan pendidikan bahkan masyarakat awam sekalipun. Walaupun beberapa kali Mas Mentri Nadiem ( Mendikbud Ristek Dikti) sering menyampaikan bahwa sekolah akan segera dibuka untuk kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM).
Baca Juga:Lebaran H+2, Sejumlah Pengendara di Pos Penyekatan Cikole Diputar BalikLibur Lebaran, Pantai Patimban Ramai Dikunjungi Wisatawan
Namun diskusi terkait kepastian terus bergulir di masyarakat. Sinyal akan dibukanya Sekolah dengan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), akhir-akhir ini memang menguat. Setidaknya ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya :
1. Kejenuhan siswa dan orang tua dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran online atau Daring selama Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung setahun lebih.
2. Situasi Pandemi belum ada kepastian kapan mau berahir sehingga muncul sikap apatis (masa bodoh) dari sebagian besar siswa dan masyarakat.
3. Pembelajaran online atau daring yang sudah berlangsung lebih satu tahun ini ternyata dirasakan tidak efektif.
4. Banyak sekolah yang seolah mati suri terutama sekolah swasta yang mengalami kesulitan untuk pembiayaan oprasionalnya walau sudah dibantu oleh BOS (Biaya Oprasional Sekolah) oleh pemerintah.