Oleh
1.Agus Anggoro Sigit,S.Si,M.Sc ( Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)
2.Drs.H.Priyono,M.Si ( Dosen Fakultas Geografi UMS dan Takmir Masjid Al Ikhlas Desa Sumberejo,Klaten Selatan )
Bulan ramadhan 1442 H telah berlalu dengan dirayakannya Idul Fitri atau hari kemenangan bagi umat Islam. Umat Islam di seluruh dunia merayakannya dengan berbagai cara yang berbeda. Ada yang melaksanakan open house dengan bersalaman dan menyajikan beraneka makanan, ada yang menghias rumah dengan berbagai lampion dan lampu hias yang berkedip, ada yang mengundang kerabat di suatu lokasi kemudian diadakan protokoler halal bi halal dan di saat pandemic ini , banyak yang memanfaatkan teknologi dengan aplikasi zoom untuk ber halal bihalal. Kesemuanya memiliki tujuan yang sama , untuk bertemu melepas kerinduan dan saling memaafkan.
Dibalik meriahnya peringatan Idul Fitri , ada kaitan antara bulan ramadhan dan bulan syawal. Seorang mantan Rektor UII mengilustrasikan bahwa bulan Syawal bagaikan orang naik pesawat, kemudian pesawat menuju landasan pacu untuk kemudian melesat naik dengan kecepatan yang tinggi agar bisa sukses take off. Jadi bulan syawal harus meningkat ibadahnya di banding bulan Ramadhan. Maka sering disebut bulan syawal sebagai bulan peningkatan ibadah atau bulan akselerasi. Namun agak ironis nampaknya , karena seusai bulan ramadhan, masjid kembali ke kondisi awal, jamaahnya surut lagi. Itulah gap antara yang seharusnya dan senyatanya. Ajarannya bagus tapi implementasinya kurang bagus.
Ada makna yang terkandung di dalamnya :
Baca Juga:Palestina Diserang Duka Muslim SeduniaMemaknai Sila Ketiga “Persatuan Indonesia” Bagian ke 10
1. Umat Islam merasakan kegembiraan yang luar biasa setelah sebulan penuh bisa mengendalikan hawa nafsu dan akhir dari perjuangan tersebut manusia kembali menjadi suci tanpa dosa bagai bayi yang baru lahir. Jadi hari kebahagiaan ini tidak bisa dilepaskan dari bulan ramadhan sebelumnya, melalui proses yang panjang dan berat, melalui bulan pendidikan atau syahrul tarbiyah. Allah swt meningkatkan derajat manusia dari yang semula beriman menjadi bertakwa melalui puasa. Untuk mencapai derajat yang mulia tersebut Allah memberi energi positif di sepuluh hari pertama dengan mencurahkan rahmatNya, kemudian disusul sepuluh hari kedua dengan ampunan dan akhirnya di sepuluh hari terakhir dengan bebas dosa.