Maka tepat sekali, wasiat Ki Hadjar Dewantoro terkait prinsip Pendidikan itu harus mengacu kepada tiga teori, Trikon. Yaitu Kontinuitas, Konvergenisitas dan Konsentris.
Peta jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035 tentu dibuat untuk menjawab tantangan global tersebut. Namun sayang sekali, peta jalan Pendidikan tersebut, tak menyentuh wasiat Ki Hadjar Dewantoro, terkait teori Trikon. Sebenarnya isu teori Trikon telah dibahas pada kolom Pendidikan bagian ke 5. Tapi tak apalah kita coba diskusikan ulang lagi.
Landasan Pendidikan Indonesia seharusnya berdiri pada teori Kontinuitas. Yaitu bagaimana Pendidikan di Indonesia harus bertumpu kepada upaya yang terus menerus menanamkan nilai dan budaya jati diri bangsa. Salah satu nilai tersebut adalah Pancasila. Pancasila secara sederhana memiliki nilai ketuhanan, kemanusiaan, keadilan, gotong royong, kebhinekaan, musyawarah, demokrasi, solidaritas sosial (kepekaan sosial dan lingkungan) dan keadilan sosial. Sementara budaya yang dimaksud adalah segala artefak budaya tangible dan intangible yang terus berkembang yang diambil dari ruang waktu masa silam, sekarang dan masa yang akan datang.
Disinilah peran Pendidikan yang mengharuskan menanamkan dan menguatkan identitas keragaman budaya Bangsa Indonesia yang jumlahnya ribuan. Ada 1.086 warisan budaya tak benda dari beragai katagori. Tak harus semuanya, cukup budaya yang sesuai dengan identitas etnisitasnya yang penting dikuatkan. Teori Kontinuitas Ki Hadjar Deawantoro ini mendorong penguatan peserta didik memiliki jati diri dan kesadaran akar budaya dirinya sebagai individu dengan entitas budaya di lingkungan dimana dia berkembang. Dan menjadi bagian dari entitas budaya Indonesia.
Baca Juga:Memaknai Bulan Syawal 1442 HijriahPalestina Diserang Duka Muslim Sedunia
Memang tak mudah mengurus Pendidikan bagi 280 juta penduduk Indonesia dengan segala tantangan internal dan eksternal yang melingkupinya. Namun sebagai masyarakat, tulisan ini adalah bagian dari sebuah proses keterlibatan dan kepedulian dan keinginan untuk melihat Pendidikan di Indonesia maju. Jadi bersabar saja para pembuat peta jalan Pendidikan Indonesia 2035. Jika menemukan tulisan yang bernada mengkritisi. Padahal penulis yakin peta Pendidikan tersebut, dibuat oleh para pakar hebat dan mengenyam Pendidikan terbaik di dalam dan luar negeri. Dan ketika membuat peta itu, semua kemampuan dan data dikeluarkan, sampai seolah kepala mengepul mengeluarkan asap. Saking seriusnya mikir soal Pendidikan bagi 280 juta jiwa masyarakat Indonesia. Orang biasa tak mungkin diminta oleh Kemendikbud untuk bicara hal yang pelik, rumit, dan “jlimet” seperti Pendidikan.