Akibat Pandemi Puluhan Peternak Ayam Broiler Gulung Tikar

Akibat Pandemi Puluhan Peternak Ayam Broiler Gulung Tikar
YUGO EROSPRI/ PASUNDAN EKSPRES PETERNAKAN: Ongkos produksi yang murah dan akses jual tinggi, ternak itik menjadi alternatif untuk membangkitkan peternak Ayam Broiler yang gulung tikar.
0 Komentar

SUBANG-Sebanyak 37 peternak Ayam Broiler terpaksa harus menutup usahanya di tengah pandemi Covid-19. Hal itu lantaran biaya perawatan yang mahal dan turunnya daya beli masyarakat terhadap ayam sayur tersebut.

Peternak Ayam Broiler asal Pagaden, Tartib (60) mengatakan usahanya itu sudah gulung tikar sejak dua bulan terakhir. Pasalnya, tingginya ongkos produksi sehingga modal awal sudah tidak terbendung. “Saya usaha mandiri, jadi ternak jual sendiri dengan jaringan yang saya punya. Tapi ongkos produksi dan perawatan mahal, tidak memungkinkan untuk dilanjutkan,” keluhnya.

Selain ongkos produksi dan perawatan yang tinggi, lanjut dia, banyak rumah makan yang menjadi konsumen nya tutup sejak pandemi Covid-19. Sehingga saat panen kesulitan untuk dijual. “Bingung ketika panen mau jualnya kemana, rumah makan dan restoran yang biasa kita pasok tutup semua. Bukan hanya saya saja yang mengalami permasalahan ini, teman-teman peternak mandiri yang lainnya juga bernasib sama,” ujarnya.

Baca Juga:Pastikan Aturan Rombel Ditaati, Disdikbud Subang Diminta Lakukan Pengawasan PPDBSmart City Buka Lapangan Kerja Baru di Karawang

Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Peternakan pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Subang, Wastim Edi mentakana ada sekitar 37 peternak Ayam Broiler Mandiri yang gulung tikar. Hal itu disebabkan ongkos produksi yang tinggi, serta rumah makan dan restoran yang tutup saat pandemi. “Karena mereka itu peternak mandiri, sehingga bergantung pada pembeli yang tidak bermitra sebelumya (mencari pelanggan),” ungkap Wastim.

Dia mengaku berupaya membangkitkan kembali semangat usaha puluhan peternak Ayam Broiler yang sudah gulung tikar tersebut, agar beralih menjadi peternak ayam Kampung dan itik. Selain ongkos produksi yang rendah, juga memiliki pangsa pasarnya yang bisa diterima semua kalangan. “Kita semangati mereka yang gulung tikar, agar beralih dan perlahan mereka bangkit kembali,” ujarnya.

Dia menjelaskan itik bisa dipelihara dengan memberikan pakan keong dan lainya yang hidup di sawah. Bahkan untuk ayam kapung bisa dipelihara dengan pakan yang ada saja, atau tidak harus menggukana pakan industri. “Kita terus galakan ke mereka. Alhamdulillah mereka beralih, dan ini suatu kebangkitan dalam Hari Kebangkitan Nasional saat ini,” tegasnya.(ygo/sep)

0 Komentar