Pengelolaan Sampah TPA Jalupang Terpaksa Gunakan Metode Sanitary Landfill, Kadis LH: Kedepan Akan Menjadi Persoalan Baru

Pengelolaan Sampah TPA Jalupang
INDRAWAN SETIADI/PASUNDAN EKSPRES TANGANI SAMPAH: Wakil Bupati Subang, Agus Masykur Rosyadi saat meninjau TPA Jalupang, beberapa waktu lalu.
0 Komentar

SUBANG-Pengelolaan sampah di TPA Jalupang menggunakan metode sanitary landfill. Metode ini adalah pengelolaan atau pemusnahan sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya, dan kemudian menimbunnya dengan tanah.

Wakil Bupati Subang, Agus Masykur Rosyadi mengatakan, penerapan sistem sanitary landfill pada TPA Jalupang akan lebih tepat, efektif dan efisien.

“Sampah setelah 1 meter ditimpa oleh lapisan tanah sekitar 30 cm, lalu ditumpuk sampah lagi setebal 1 m. Lalu pakai lapisan tanah lagi di atasnya secara terus menerus, sehingga nantinya gunungan sampah akan mampu menjadi lahan untuk bisa ditanami berbagai tanaman ke depannya,” paparnya.

Baca Juga:Monitor Kondisi Terkini, Pemkab Purwakarta Gelar Rapat Ekspose InfrastrukturSeri Belajar Ringan Filsafat Pancasila ke 50 Memaknai sila keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”

Dia menyebut, dengan melakukan metode sanitary landfill, sel-sel sampah yang sudah non aktif akan berimbas positif terhadap kondisi lingkungan. Penutupan tersebut nantinya, menurut Agus akan mampu mengurangi bau, serta lalat yang banyak di lokasi TPA.

“Hal itu juga akan mempercepat proses pembusukan sehingga tumpukan sampah tersebut akan berguna menjadi lahan terbuka hijau,” ungkapnya.

Berbanding terbalik dengan pernyataan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Rona Mairansyah. Menurutnya meski metode sanitary landfill yang disarankan oleh undang-undang dalam pengolahan sampah, namun tidak tepat jika diimplementasikan di TPA Jalupang. Dia mengatakan, justru dalam 10 sampai 20 tahun ke depan akan menjadi persoalan baru.

“Memang metode itu yang disarankan oleh undang-undang tapi kalau di TPA Jalupang, hanya memindahkan masalah saja. Yang terbaik itu ya dengan kehadiran teknologi pengolahan sampah itu sendiri, sehingga sampah musnah,” paparnya.

Namun untuk sementara, karena memang secara keuangan daerah tidak memungkinkan maka menggunakan metode sanitary landfill tersebut.

“Sementara kita terpaksa gunakan itu dulu, sambil kita terus berupaya untuk menghadirkan fasilitas teknologi pengolahan sampah,” katanya.

Dia menyebut, sampah di Kabupaten Subang per hari mencapai 150-170 ton. Dari sekian banyak sampah, pabrik penyumbang cukup besar sampah. “Pabrik menyumbang sekitar 50-60 ton sampah,” ucap Rona.

Baca Juga:BRI Jabarkan Strategi Kembangkan UMKM di UN Compact Leader SummitKlaster Universitas Singaperbangsa Karawang Kembali Bertambah

Rona meminta agar pabrik memiliki pengolahan sampah sendiri. Mengingat armada DLH terbatas, dan jarak ke TPA Jalupang cukup jauh.

“Waktu lalu, sampah bermasalah di Kota Subang dan beberapa titik karena perbedaan jarak antara TPA Panembong dan TPA Jalupang,” tukasnya.(idr/ysp)

0 Komentar