“Perkembangan zaman sangat cepat. Budaya luar lambat laun mengancam tatanan adat istiadat, kelangsungan bermasyarakat dan bernegara. Ideologi Pancasila tak bisa ditawar,” papar Sufian.
Deputi Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga, Kemenko PMK Nyoman Shuida menambahkan Revolusi Mental adalah salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Gerakan Nasional ini erat kaitannya dengan Pembinaan Ideologi Pancasila yang sejauh ini berhasil dilakukan oleh BPIP.
“Revolusi mental itu visi presiden. Pancasila nilai praksis, revolusi mental operasionalisasi. BPIP sejalan pula dengan Generasi Emas 2045 dan program lainnya,” beber Nyoman.
Baca Juga:Pemkab Subang Gelar Apel Siaga, Persiapan PPKM DaruratAtap Depan Toko Modern Ambruk, Satu Orang Pekerja Bangunan Tewas
Menurut dia, pembinaan Pancasila penting untuk merubah pola pikir, serta menumbuhkan etos kerja, gotong royong, dan nasionalisme.
Di sisi lain, Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda M. Ilyasin menegaskan Pancasila adalah produk sejarah monumental. Merawatnya harus sabar dan telaten, didasari cinta dan semangat yang tinggi.
“Sebagai lembaga formal, mari kita dukung tugas BPIP yang sangat mulia,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan (Gardiklat) BPIP, Drs. H Sahlan Masduki, mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari program Direktorat Gardiklat untuk menguatkan ideologi Pancasila di kalangan tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda dan komponen masyarakat lainnya. Dirinya berharap, dengan kegiatan Pembinaan Ideologi Pancasila yang menyasar tokoh kunci di masyarakat dan Lembaga Pendidikan, para tokoh tersebut bisa menjadi pelopor penguatan ideologi Pancasila di komunitasnya.
“Saya berharap para tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda, para dosen, guru dan tokoh kunci yang ada di masyarakat, bisa menjadi pelopor penguatan ideologi Pancasilaa sesuai dengan karakter dan kearifan lokal nya,” terang Sahlan. (rls/idr)