Pelaku UMKM Bertahan di Tengah Pandemi

Pelaku UMKM Bertahan di Tengah Pandemi
EKO SETIONO/PASUNDAN EKSPRES TAHU GORENG: Iyus Suteja pemilik industri tahu sayur berinovasi dengan membuka tahu goreng untuk menambah pemasukan hingga karyawannya bisa tetap bekerja.
0 Komentar

LEMBANG-Industri pembuatan tahu di Lembang Bandung Barat alami penurunan produksi. Selain ada faktor kenaikan harga bahan baku kacang kedelai juga terdampak karena adanya PPKM yang digulirkan pemerintah pusat.

Iyus Suteja Pemilik industri tahu ‘Iyus’ di Daerah Cikidang, mengakui adanya PSBB hingga PPKM Darurat produksi tahu semakin dikurangi. Pasalnya, disaat itu banyak para pengguna tahu seperti tempat  kuliner, hotel, restoran atau rumah makan ada yang ditutup dan ada yang dibatasi operasionalnya. Sehingga menyebabkan berkurangnya kebutuhan tahu di masyarakat. “Ada penurunan produksi hingga 40 persen, karena kan kebutuhan saling berkaitan, misal objek wisata ditutup, otomatis wisatawan berkurang ahirnya kuliner mengurangi menu, yang dirumahkan (tidak kerja) mau beli tahu juga sepertinya mikir mikir dulu, ya jadi saling berkaitan gitu,” ucapnya, Minggu (25/7).

Namun begitu, Iyus mengakui tidak ada karyawannya yang dirumahkan. “Kasian mereka sedang butuh,  mudah-mudahan lancar lagi,” katanya.

Baca Juga:Akankah Pandemi Berakhir?Berharap Masyarakat Manfaatkan e-Samsat

Untuk membantu meningkatkan pendapatan, Iyus berinovasi, yang tadinya tidak menjual tahu goreng mateng, kini usahnya merambah menyediakan tahu renyah. “Ini untuk membantu penjualan tahu sayur, biar ada penambahan pemasukan aja,” ujarnya.

Sementara itu, aelain produksi tahu menurun, Dampak pemutupan objek wisata terasa oleh pengrajin bara api, kini gulung tikar. Sigit pelaku usaha ini mengatakan, sejak adanya buka tutup hotel ini sangat fatal pada usahanya, karena seni membuat ukiran bara api diatas media kayu kini tinggal nama.

Saat didatangi, workshopnya pun telah tutup, hanya ada beberapa sisa beberapa patung macan kecil dan patung kayu monyet kecil dari kayu yang belum di ukir.

Sigit pun tak banyak menjelasnkan, ia hanya menyampaikan kegelisahannya karena usahanya sudah gulung tikar. “Sejak awal ada korona produksi semakin turun karena bingung pasarnya,” ucapnya.

Sigit mengisahkan kejayaannya ketika dapat mengekspor hasil karyanya hingga eropa dan timur tengah. Namun, saat ini tak ada satupun order jangankan dari luar negeri dari dalam kota pun tak ada. “Sekrang 0% kang, bukan tidak ada modal tapi kalo kami buat kemana akan kami jual?,” ucapnya. (eko)

0 Komentar