Seri Belajar Ringan Filsafat Pancasila ke 57

Seri Belajar Ringan Filsafat Pancasila ke 57
0 Komentar

Memaknai sila keempat “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan”
Bagian ke 11
Kang Marbawi

Manusia Otentik

“Tak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian.” Abdurahman Wahid alias Gus Dur.
***
Diksi “Gitu aja ko repot”, menjadi penandanya. Sebuah pernyataan yang menunjukkan sikap percaya diri, menguasai masalah, dan sedikit meremehkan. Diksi itu juga menunjukkan taste humoritas dan kreatifitas dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Strategi lontaran pernyataan berbalut sarkais yang memancing respon kegerahan lawan.
Humoritas dengan cara menertawakan diri sendiri dan situasi yang ada. Seperti ketika para kolega Gus Dur dari berbagai kalangan menyarankan mundur dari jabatan presiden pada Juli 2001 lalu. Bukan jawaban politis yang keluar dari Gus Dur. Justru jawabannya yang tak terduga.
“Saya disuruh mundur? Maju saja dituntun?” ceplos Gus Dur, disambut tawa orang-orang yang mengerubunginya. Disituasi yang memojokkan dirinya dan genting, Gus Dur masih bisa melemparkan humor sarkaisnya.
Gus Dur menempatkan humor sebagai bagian dari perlawanan atas ancaman yang ada. Humor kadang menjadi penetrasi rasa frustasi akibat model komunikasi satu arah. Sekaligus menjadi daya tarik pesan dan model pendekatan persuasif gagasan yang disodorkan. Dan tak semua orang punyai karakter humoritas satir, sebagai bagian dari perlawanan terhadap keadaan. Jawaban humoris Gus Dur tadi menjadi model pelepasan perasaan batin.
Perspektif humor sebagai bagian dari penyelesaian masalah, mungkin bisa menjadi model pendekatan penyelesaian sosial-politik. Model humor seperti ini disebut Jacobson, the psychic release. Gus Dur dalam kacamata Allport memiliki kepribadian sehat yang mampu mengenal dirinya secara objektif dengan cara humoris. Terutama yang berkaitan dengan dirinya sendiri.
“Dengan lelucon, kita bisa sejenak melupakan kesulitan hidup. Dengan humor, pikiran kita jadi sehat.” Kata Gus Dur. Ungkapan yang bisa jadi membuat Jacobson dan Allport “mlongo” kagum membenarkan, sambil ikut terbahak.
Bagi Gus Dur, humor juga bisa menjadi alat diplomasi. Gus Dur mampu membuat para pemimpin dunia yang terkenal serius, mengayunkan kepala ke belakang, tanda terbahak. Bahkan Raja Salman mampu dibuat memamerkan giginya, tertawa terbahak mendengar lelucon Gus Dur. Padahal Raja Salman terkenal aristocrat yang tak pernah tertawa berlebihan. Humor hanya menjadi salah satu alat diplomasi Gus Dur. Saat ini sulit menemukan orang yang menggunakan humor sebagai bagian dari diplomasi dan perlawanan. Tidak juga stand up comedy.

0 Komentar