MEMANGNYA penduduk di benua hitam Afrika saja yang primitif. Tidak. Semua bangsa pernah berada di era primitive. Termasuk bangsa Eropa. Mereka pernah berada di masa kelam ‘abad kegelapan’. Menyisakan trauma hingga saat ini.
Di antara perilaku sadis bangsa Eropa adalah memburu dan menyiksa para penyihir. Mereka disiksa dan dibakar hidup-hidup. Parahnya lagi, mereka belum tentu penyihir. Otoritas gereja sebagai pemegang hak veto kebenaran saat itu, merestui ‘operasi’ pembantaian itu.
Para sejarawan dan peneliti mencatat, ada sekitar 500 ribu penyihir yang dibunuh oleh masyarakat maupun otoritas negara pada abad pertengahan di Eropa. Mendapat dukungan dari gereja sebagai upaya membersihkan pemahaman masyarakat. Menjaga keimanan terhadap agama. Tapi peneliti menemukan fakta mengerikan.
Baca Juga:Paskibraka Kabupaten Subang Tahun 2021 Resmi DikukuhkanBambang: Pokok Gugatan Terhadap KLB Abal-abal Belum Diperiksa dan Diputus PN Jakarta Pusat
Peneliti Erik Midelfort menemukan fakta pembunuhan terhadap 1.258 penyihir di Jerman Barat pada tahun 1562 hingga 1684. Sebanyak 82 persen di antaranya adalah penyihir perempuan. Para penyihir itu dituduh telah bersekutu dengan setan, terbang menggunakan sapu di malam hari untuk menghadiri pertemuan sabbat.
Yaitu pertemuan dengan para penyihir untuk menggelar ritual pemujaan setan. Mereka pula dituduh biang kerok penyebab gagal panen gandum. Maka para petani amat membenci mereka dan tak segan membakarnya hidup-hidup.
Masalahnya, apakah benar mereka penyihir? Bisa terbang menggunakan sapu untuk pertemuan sabbat? Cerita mistis seringkali menjadi bumbu dan muncul dalam pengakuan saat penyiksaan para penyihir.
Tapi pengakuan saat penyiksaan penyihir adalah satu keganjilan yang patut dicurigai. Mereka biasanya disiksa untuk agar mengakui telah bersekutu dengan setan. Jika tidak mengakui hukuman makin berat.
Tangan diikat ke atas, diangkat dengan kaki diberi beban berat. Jika tidak mengakui maka beban akan ditambah, menjerit-jerit akhirnya mengakui. Lalu diminta menyebutkan nama, siapa saja yang telah hadir di pertemuan sabbat. Dalam kepayahan maka disebutkanlah nama yang terlintas di pikiran. Sudah pasti itu hasil imajinasi karena keterpaksaan.
Jika tidak mau mengakui, akan diperberat hukumannya. Siksaan sadis seperti penghancur jempol kaki disiapkan para algojo. Kabar itu akan menyeruak ke seluruh penjuru kota dan pedesaan. Beberapa orang tiba-tiba disebut namanya dan nama yang disebut akan dicari, lalu menerima siksaan yang tidak terperi.