Pada masyarakat agraris di nusantara, khususnya di Jawa dan Bali, bambu merupakan material yang sangat dibutuhkan dalam proses panen dan pasca panen. Petani memanen hasil kebun menggunakan tenggok (keranjang bambu untuk menampung hasil panen), kemudian menjemur dan menyimpan dengan anyaman bambu yang lebih besar. Untuk mengelola hasil panen seperti membuat kerupuk, lanthing, dan rengginang menggunakan alat jemur berbahan bambu, termasuk digunakan petani untuk menjemur tembakau.
Bambu dan Produk Seni
Alat musik yang menggunakan bambu biasanya merupakan alat musik tiup dalam bentuk seruling dengan berbagai kekhasannya, seperti di Peru (Peruvian Flute), Jepang (Shakuhachi flute), China (Sheng), dan juga di Indonesia.
Di masyarakat nusantara, alat musik dari bambu berkembang lebih jauh dan sangat khas, karena tidak terbatas pada alat musik tiup. Di Indonesia bagian timur, misalnya, alat musik tiup dari bambu sudah berkembang sehingga menyerupai terompet dengan berbagai ukuran sehingga bisa dimainkan sebagai orkestra. Kompetisi orchestra musik bambu di Gorontalo dan Sulawesi Utara merupakan kegiatan yang sering diselenggarakan.
Baca Juga:Buruh Minta 10, Bupati Rekomendasi 5 PersenMembantu Sesama Melalui Karya Rupa Inti Kolaborasi Axton Salim, Dian Sastrowardoyo dan Iwan Effendi
Lebih dari itu, di nusantara berkembang juga alat musik perkusi dari bambu. Di masyarakat Sunda dikenal angklung. Di berbagai daerah di Jawa dan Sunda serta Bali, juga digunakan bambu untuk ridik atau calung dengan cara memukul untuk membunyikannya. Bahkan di daerah Banyumas dan sekitarnya dalam satu perangkat gamelan tradisional untuk mengiringi tarian (lengger, misalnya) gongnya terbuat dari bambu besar yang dibunyikan dengan cara ditiup.
Selain itu, pada seperangkat gamelan, selain seruling yang diguanakan dalam sebuah orkestra, bambu merupakan material pendukung yang tidak tergantikan, khususnya untuk membuat ruang resonansi pada gender dan demung, sehingga suaranya lebih nyaring.
Bambu Sebagai Alat Transportasi
Untuk transportasi, bambu paling umum dibuat menjadi rakit. Rakit bambu dalam ukuran yang pendek, sekitar tiga meter dengan sekitar delapan batang bambu biasa digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan dengan jala tebar. Bentuknya yang datar dan cukup stabil membuat nelayan leluasa berdiri di atas rakit dan gerakannya bebas untuk melemparkan jala. Rakit ini membantu nelayan untuk menjangkau perairan di sungai atau danau yang tenang yang diduga terdapat banyak ikan.