SUBANG-Mendapatkan bayaran yang menjanjikan, menjadi salah satu alasan perempuan menjadi pekerja tuna susila. Salah satu pekerja tuna susila yang berhasil diwawancarai Pasundan Ekspres, bahkan memilih menjadi pekerja tersebut dibandingkan bekerja di pabrik.
Sebut saja NA (18) mengaku enggan bekerja di pabrik. Selain karena harus mengeluarkan uang, juga pekerjaan menjadi buruh pabrik di rasa berat dibandingkan menjadi pekerja tuna susila.
Dia mengaku sudah menjadi pekerja tuna susila sekitar setahun lebih. Awalnya pernah bekerja di salah satu pabrik di Subang. “Ya kan dulu pernah kerja di pabrik, masuknya dulu pakai uang juga. Pas dirumahkan karena pandemi,” ujarnya.
Menurutnya lebih baik bekerja menjadi pekerja tuna susila, karena mendapatkan banyak uang. Dia bisa mendapatkan uang Rp1-2 juta dalam sehari. NA memasang tarif Rp500 ribu kepada setiap pelanggannya. NA sehari bisa melayani 3-4 pelanggan. Perharinya dirinya bisa mendapatkan uang bersih 1-2 juta.
Baca Juga:Ini Pendapatan Sekali Transaksi Esek-esek Iyos Janda Muncikari yang menjual PSK Secara Online di PurwakartaTerpilih Kembali Jadi Kepala Desa Sukamulya, Ini Program Kerja Amar untuk Enam Tahun Ke Depan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang dr.Maxi mengatakan, ada saja perempuan muda di Subang yang cenderung ingin menghasilkan uang secara instan.
Berdasarkan data yang ada, kata Maxi, ada puluhan tempat lokalisasi di Kabupaten Subang. Saat ini transaksi dilakukan melalui aplikasi.
“Dulu kan keliatan sering tuh ada yang mangkal, kalau sekarang malah jarang terlihat karena pakai aplikasi di ponselnya,” ujarnya.
Dokter Maxi mengatakan, tahun 1999-April 2021 yang meninggal dunia karena HIV AIDS dengan penyakit penyerta ada sebanyak 512 orang.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Subang H Deden Hendriana mengatakan, persoalan mengenai pekerja tuna susila menjadi tanggungjawab semua pihak, bukan hanya dinas sosial saja.
Dia mengatakan, pembinaan bisa melalui dinas sosial, namun untuk memastikan PSK mendapat pekerjaan yang layak diperlukan kerja sama dari dinas lain.
“Semua harus bersama-sama melakukan solusi, karena permasalahannya cukup kompleks,” jelasnya.(ygo/ysp)