TEKNOLOGI – Waspada! Website Sosial Media Palsu Mirip Website Asli. Pihak Meta, sebelumnya adalah Facebook, memperingatkan para pengguna WhatsApp dengan maraknya situs web palsu yang meniru layanan whatsapp. penjahat siber banyak mengincar informasi login pengguna sosial media tersebut.
Beberapa waktu sebelumnya, dalam gugatan federal Amerika Serikat (AS), Meta mengklaim terdapat lebih dari 39.000 situs web yang telah dibuat sejak 2019 untuk mengelabui pengguna supaya memasukkan nama pengguna dan kata sandi mereka.
Para scammer membuat situs web palsu dan terlihat sebagai halaman login di Facebook, Facebook Messenger, Instagram, serta WhatsApp, semua adalah media sosial yang berada di bawah naungan Meta.
Baca Juga:Refleksi Tiga Tahun Perjalanan Pemkab Subang, Jimat-Akur Siapkan Masa Depan SubangPengguna Tiktok Di Dunia 2021, Kalahkan Google dan Facebook!
Para penipu siber tersebut, menggunakan WhatsApp guna menuntun korbannya menuju website palsu yang terlihat seperti website asli. Selain itu mereka juga menggunakan Facebook, Instagram, dan Messenger untuk mengelabui korban.
Lalu, dirangkum dari Jawapos, bahwa kejahatan Phishing di sini yaitu sewaktu penipu membuat situs web, email, atau teks palsu untuk membuat orang mau membagikan informasi berharga, semisal kata sandi dan detail perbankan.
Pihak Meta tidak mengetahui siapa yang berada di balik serangan tersebut, tetapi mereka mengatakan laporan serangan phishing tengah meningkat tajam
“Phishing adalah ancaman signifikan bagi jutaan pengguna Internet,” tulis Jessica Romero, direktur penegakan platform dan litigasi Meta, dalam sebuah posting blog.
Ia pun menuturkan, gugatan tersebut adalah upaya berkelanjutan guna melindungi keselamatan dan privasi pengguna, mengirim pesan yang jelas kepada mereka yang mencoba menyalahgunakan platform serta meningkatkan akuntabilitas mereka yang menyalahgunakan teknologi.
Romero mencatat, volume serangan meningkat di bulan Maret 2021 lalu. Ia juga mengatakan bahwa penyerang menyembunyikan identitas mereka menggunakan layanan relai dengan cara ‘mengaburkan’ lokasi sebenarnya dari situs web phishing dan identitas penyedia hosting online mereka.
“Kami mengambil tindakan ini untuk mengungkap identitas orang-orang di balik serangan itu dan menghentikan perilaku berbahaya mereka,” ujar Romero. (Jni)