Kelihatannya, betapa sulit memahamkan bahwa jalan baru itu penting. Apalagi untuk diklaim terobosan program Jimat-Akur yang hebat. Tapi bisa juga itu baik jika diklaim. Tanpa lobi dan persiapan, program jalan-jalan baru itu sulit diakomodir APBN.
Saya amati di akun Instagram Kang Jimat dan Wabup Agus Masykur, selalu diberondong kritikan netizen tentang jalan rusak dan bolong. Mencibir jalan baru. Inginnya jalan lama dulu dibenerin. Padahal memang banyak juga yang sedang diperbaiki.
Padahal, tahun 2020 lalu saat Covid menggila, kepala daerah bahkan dilarang mengalokasikan anggaran untuk infrastruktur. Semua disetop. Fokus penanggulangan Covid-19, fokus menyelamatkan nyawa. Itu lebih penting dari apa pun.
Baca Juga:Libur Tahun Baru, Pantai Pondok Bali Ramai Dikunjungi WisatawanMau Berwisata? Ini Pantauan Arus Lalu Lintas di Jalancagak-Subang
Saat tahun 2020 pula semua ekonomi negara drop. Pendapatan drop. Jatuh ke titip minus yang dalam. Semua pendapatan pajak hotel dan restoran hilang. Semua orang di rumah.
Ini ‘PR’ tim humas dan Kominfo Pemda Subang yang belum jadi atensi maksimal. Atau tim bupati atau PR tim koalisi untuk menjelaskan.
Gegap gempita menutup tahun ketiga pemerintahan Jimat-Akur pun, pada 29 Desember lalu terasa masih begitu ‘sunyi’. Tidak ada konferensi pers sebagai laporan ke publik. Atau mengundang para tokoh publik untuk terlibat.
Tapi ini, saya memaknai sikap Jimat-Akur yang begitu karena ingin sederhana. Untuk apa pula digelar meriah. Perjalanan masih cukup panjang, tersisa dua tahun. Mungkin nanti akan dikemas berbeda. Mungkin karena protokol kesehatan dan lainnya.
Dan, yang terbaik adalah biarkan publik yang berbicara, bukan Jimat-Akur yang bicara. Apa bedanya, apa hebatnya, apa terobosannya pemerintahan sekarang dibanding sebelumnya. Biarkan publik yang menyampaikan.
Meski masih terasa sunyi. Rupanya ada inisiasi dari warga Subang yang mencoba memotret kinerja Jimat-Akur. Periset Cevi Herdian melalui lembaga riset start up GertaOne mencoba melakukan riset. Data menunjukkan 68,8 warga Subang merasa puas dengan kinerja Jimat. Berharap ingin kembali melanjutkan kepemimpinannya.
Itulah data. Berbeda dengan kritikan tajam netizen di medsos seperti yang tadi disebutkan. Berarti yang memuji dan puas sebenarnya banyak. Hanya mereka diam. Tidak menuliskannya di kolom komentar. Mereka kelompok silent majority.