Kebiasaan membuat planning dilakukan Rachma. Di kamar putri semata wayangnya, Angeline, tersedia papan putih yang rutin diisi keduanya setiap malam. Di samping kiri papan ada nomor 1 sampai 3. ”Ada tiga rencana yang harus diisi Angelin. Isinya apa? Aktivitas yang mau dilakukan Angeline besoknya,” bebernya.
Sekarang ini, Angeline duduk di bangku SMP. Usianya 12 tahun. Semenjak usia 4 tahun, Rachma mengajari Angeline untuk membuat tulisan besok mau ngapain.
Sebelum di papan putih, Angeline menulis di kertas. Menggunakan krayon atau spidol warna. Sebab, saat itu Angeline masih berusia 4 tahun, Rachma mengenalkan rencana yang mudah, seperti ikut belanja di pasar.
Baca Juga:Hasil Pengembangan Ardhito Pramono Kedapatan Miliki GanjaBeramai-Ramai ‘Teriak’ Vaksin Halal, Padahal Baru Dua Merek Yang Lulus Uji MUI!
”Aku minta dia nulis apa saja yang mau dibeli di pasar,” pungkasnya.
Jika Rencana Berjalan Tersendat
- Tidak usah marah. Sedikit-sedikit marah kalau tidak sesuai ekspektasi orang tua. Ketika anak gagal mewujudkan rencananya, itu berarti anak sudah mengenal kegagalan. Tidak masalah.
- Anak juga memahami bagaimana rasa kecewa itu. Kecewa rencananya berantakan.
- Ajak anak untuk berdiskusi agar dapat menemukan solusi bersama. Agar mengajarkan kepada anak cara berfikir kreatif. (Jni)