VIRAL – Pemerhati Politik dan Kebangsaan, M. Rizal Fadillah mengkritik Presiden Joko Widodo yang menjadi pemicu kerumunan di Sumatera Utara belum lama ini.
Rizal Fadillah menilai, Presiden menjadikan sebuah kerumunan dengan membagi-bagi bingkisan, akan tetapi di lain sisi masyarakat dibatasi akibat peningkatan kasus Omicron COVID-19.
“Omicron yang katanya mengganas ditepis dengan kerumunan oleh Bapak Jokowi,” terang Fadillah, dilansir dari Fnn Senin 7 Februari 2022 via Fin
Baca Juga:Lima Manfaat Daun Seledri Untuk Kesehatan, Salah Satunya dapat Membantu Program DietMakanan Sesajen, Ini Makna Khusus dari Sejumlah Sajiannya
Ia menilai, cara pemerintah mengelola negara bertambah ruwet. Baik Presiden juga Menterinya.
Menurutnya, cara Presiden membagi-bagi bingkisan sampai mengakibatkan kerumunan ialah perilaku mengerikan
Di lain sisi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan merencanakan pembatasan usia 60 tahun ke atas untuk tetap di rumah.
Lalu saat ini ada lagi Surat Edaran Menteri Agama yang menyasar Masjid.
“Menteri Yaqut merambah ke masjid-masjid mungkin dalam rangka “menyambut” ramadhan,” terang Rizal Fadillah.
“Dari ibadah berjarak satu meter, ceramah yang hanya 15 menit, khatib atau penceramah bermasker dan faceshield, bahkan larangan mengedarkan kotak amal,” tuturnya.
Ia menilai, Surat Edaran Menag No. 04 tahun 2022 ini ditanggapi pro-kontra. Persoalan utamanya ialah sikap inkonsistensi dan ambivalensi.
Baca Juga:Wakil Ketua Bidkum PDIP Endang Supriadi Mengundurkan Diri, Ini AlasannyaMenjamin Kepastian Iklim Berusaha dan Berjalannya Reformasi Struktural, Dunia Usaha Optimistis Menyikapi Penyempurnaan UU Cipta Kerja
Menurutnya, Natal dan tahun baru juga Imlek digelar dengan meriah. Akan tetapi, di saat menyambut Ramadan, aturan mulai diperketat.
“Baru saja perayaan Natal, Tahun Baru, dan Imlek yang boleh diadakan secara “meriah” tanpa pembatasan yang ketat. Justru di saat mendekati bulan Ramadhan pengaturan diperketat,” terangnya.
“Umat Islam ini rasanya terus diacak-acak perasaan keagamaannya. Termasuk oleh Menteri Agama yang katanya beragama Islam,” tambahnya lagi.
Ia menilai, pemerintah selalu menyoroti Masjid. Akan tetapi tempat-tempat wisata, mal dan pusat pembelanjaan tetap dibuka.
“Masjid dianggap sebagai tempat horor penyebar penyakit dan merenggut nyawa. Berbeda dengan pasar, mall, dan tempat wisata, Masjid adalah tempat paling menakutkan dimana ibadah sepertinya dianggap sebagai jalan menuju penularan dan mala petaka”. pungkas Rizal Fadillah. (Jni)