Mimpi dari Kampus

Mimpi dari Kampus
0 Komentar

DIA tersenyum saat membawakan segelas kopi. Penuh semangat.

Bukan hanya karena uang untuk bayar kopi itu saya lebihin, tapi kini ia lebih bersemangat bekerja. Jasanya membersihkan kampus cukup dihargai.

Sudah sejak awal kampus berdiri, ia sudah menjadi “bagian” dari lembaga akademik itu.

“Ya sekarang mah lumayan pak. Gak seperti dulu, nggak telat juga bayaran,” katanya.

Baca Juga:Resmikan Alun-alun Aimas di Sorong, Ridwan Kamil: Bentuk Persaudaraan Jabar-PapuaBNI Purwakarta Akselerasi Penyaluran BPNT

“Sekarang naik, lebih besar gajinya, cukup?” tanya saya setelah meneguk kopi hitam yang ia sajikan.

“Ya alhamdulilah, dicukup-cukupin,” tambahnya.

“Kabarnya gaji dosen juga sekarang bagus?”

“Iya katanya pak, tapi saya gak tau juga berapa. Tapi banyak yang bilang begitu,”

“Menurut akang ada kemajuan?”

“Iya maju, gedung juga sekarang bagus. Kita ikut seneng”

Begitu obrolan ringan saya dengan pegawai yang bekerja bersih-bersih di kampus 1 Universitas Subang (Unsub). Sekitar sebulan lalu.

Lalu saya biarkan ia bercerita tentang keluarganya, anaknya dan mimpinya yang sebagian tertaut dengan Unsub.

Sesekali saya menyempatkan diri ke kampus almamater itu. Kadang hanya untuk menemui dosen atau kangen suasana kampus. Gembira melihat kemajuannya.

Saya senang bisa kuliah di Unsub. Pernah juga ngajar sebagai dosen luar biasa (LB). Tentu ngajar Jurnalistik. Sekitar dua semester. Seminggu sekali. Tahun ini saya menolak mengajar. Agak repot membagi waktu. Kasihan mahasiswanya.

Belajar ilmu komunikasi, khususnya jurnalistik memang sudah jadi keinginan saya sejak dulu di sekolah madrasah aliyah. Sejak bertemu dan menghadiri acara yang dihadiri Surya Paloh. Bos Media Group.

Baca Juga:Aqua Subang Bantu Perbaiki JalanTebar Senyum, YBM PLN UP3 Purwakarta Santuni 70 Anak Yatim dan Dhuafa

Pertama kali punya pengalaman membaca koran rutin: Media Indonesia. Saat itu, tahun 2003 Pak Surya menggratiskan koran untuk dibaca oleh para siswa. Saat itu pula di sekolah sudah ada pelajaran dasar jurnalistik. Gurunya dibimbing dan ikut pelatihan Lembaga Pers Doktor Soetomo (LPDS).

Mestakung. Semesta mendukung. Allah meridhai. Tahun 2006 saya masuk ke Unsub, bermodal rekomendasi dari desa. Jadilah mahasiswa utusan desa. Dibiayai Pemda. Ini program Bupati Eep Hidayat.

Program hebat yang membesarkan Unsub. Melahirkan kesempatan bagi banyak anak desa yang mendambakan kuliah–seperti saya–menjadi kenyataan.

0 Komentar