Apakah Nasdem tidak akan kembali mendukung Ruhimat. Apakah ARD serius akan melawan Ruhimat. Atau justru ARD yang akan dipasangkan dengan Ruhimat. Bagaimana dengan Agus Masykur. Harus diakui, politisi Eep Hidayat yang kini memimpin Nasdem selalu punya cara out of the box agar menjadi perbincangan publik.
Sosok ARD memang tengah menjadi media darling. Kiprahnya di KONI menunjukkan sisi lain sosok ARD. Ia bisa menjadi manajer yang handal. Memenej 49 cabang olahraga yang menaungi 611 atlet dan sekitar 200 pelatih. Masyarakat olahraga cukup gembira dengan kemajuan olahraga Subang. Sekaligus mempertegas: Bupati Ruhimat tidak salah menunjuk ARD sebagai problem solver. Menyelesaikan masalah di KONI yang pelik. Unique selling ARD yang kini menguat.
Di pundak ARD pula wajah Jimat tertumpu. Momen Subang sebagai tuan rumah Porprov Jabar merupakah pertaruhan wajah kepala daerah.
Baca Juga:PPKM untuk Luar Jawa-Bali Diperpanjang hingga 14 Maret, Menko Airlangga Sebut Vaksinasi akan DipercepatAkademisi Olahraga Apresiasi Kinerja KONI Subang, Ingatkan Program DBON
Kehebohan ARD dan manuver Nasdem terjadi lantaran beberapa hari sebelumnya, secara mengejutkan Sekretaris DPD PKS Subang menyatakan bahwa Agus Masykur akan menjadi calon anggota DPR RI.
Seakan mempertegas bahwa Agus tidak akan mencalonkan diri di Pilkada. Bahwa sulit bagi Agus berpesangan dengan Ruhimat yang kini sudah berada di rumah banteng.
Padahal, dua-duanya sangat mungkin. Misal ikut Pileg DPR RI dulu pada Februari lalu ikut Pilkada di bulan November. Tapi hal itu akan melelahkan. Menurut pengamat Pemilu Kaka Suminta, hal itu tidak lazim dilakukan.
“Kalau ikut pilkada terus tidak menang, biasanya akan mudah saat mencalonkan diri di Pileg. Tapi kalau ikut Pileg saja kalah, orang akan melihatnya downgrade. Untuk naik ke level Pilkada cukup berat,” kata mantan Ketua KPU Subang itu.
Apapun hasil Pileg, Ruhimat dan Agus Masykur diprediksi masih memiliki elektabilitas dan popularitas yang lebih unggul dibanding yang lain. Kecuali dalam waktu 10 bulan itu terjadi banyak hal. Sehingga publik tidak lagi banyak memperbincangkan keduanya. Misal tergerus isu baru atau melupakan kinerja keduanya karena tidak ada hal yang berkesan di publik.
Bisa disimpulkan, situasi Pilkada serentak 2024 tidak menguntungkan bagi petahana. Maka penting bagi petahana untuk tetap melakukan jalinan emosional (engagement) dengan publik. Sekaligus memaksimalkan publisitas tentang apa saja yang sudah dikerjakan selama memimpin.