Buku – Quarter life crisis sering diartikan sebagai suasana yang dialami ketika menginjak usia seperempat abad biasanya terjadisaat memasuki usia 20-30. Kondisi di mana seseorang menghadapi ketidakpastian dan pencarian jati diri dalam fase baru dihidupnya. Hal tersebut adalah hal yang wajar dan pasti dialami oleh semua orang.
Berikut beberapa buku yang bisa dijadikan teman saat melewati quarter life crisis. Buku-buku tersebut secara keseluruhan membantu kita untuk tidak merasa sendirian dan memberikan beberapa cara untuk menyelesaikan berbagai ketidakpastian.
Filosofi Teras karya Henry Manampiring
Henry Manampiring menceritakan orang-orang yang menginginkan ketenangan dalam hidup. Orang dewasa banyak merasakan kecemasan, kekhawatiran, dan kekecewaan dalam kehidupan sehari-harinya. Buku ini menawarkan metode pengembangan diri yang berpusat pada pengaturan ekspektasi dibanding cara menghilangkan masalah. Henri Manampiring menggambarkan realita krisis seperempat abad yang membuat kita menyadari bahwa masalah ini memang pasti akan dilewati semua orang.
Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat
Baca Juga:Rekomendasi Pantai Yang Wajib Dikunjungi Setelah Selesai Nonton MotoGP Di MandalikaHati-hati, Jangan Terlalu Banyak Makan Mie Instan Ini Akibatnya
Sumber kecemasan dalam hidup adalah pikiran kita sendiri yang terlalu peduli dengan pendapat atau kehidupan orang lain. Buku ini membuka pikiran kita bahwa ada hal-hal penting yang dirasa tidak perlu dipersoalkan dalam kehidupan. Melalui tiga metode khusus, Mark Manson mengajak pembaca untuk lebih pandai mengatur prioritas pikiran agar kecemasan akan pendapat dan urusan orang lain bisa berkurang. Buku ini juga mengungkap makna kehidupan bagi orang-orang yang merasa sedang berada di titik terendah dalam hidup.
Kerja Selain Kantoran
Buku tersebut menceritakan tentang seseorang yang dilema dan mencari pekerjaan. Diceritakan tokoh bernama Saenggang menjalani hidup menurut standar : belajar giat di sekolah, masuk universitas top, lulus dengan selamat, bergabung dengan perusahaan besar, lalu berharap bisa hidup bahagia selamanya. Tapi ternyata budaya perusahaan yang tidak masuk akal, bos resek, dan pekerjaan yang tidak sesuai minat membuatnya tidak betah menjadi pegawai kantoran.