Alasan Nabi Banyak Berpuasa Di Bulan Sya’ban

Alasan Nabi Banyak Berpuasa Di Bulan Sya'ban
Alasan Nabi Banyak Berpuasa Di Bulan Sya'ban. Foto : madaninews.id
0 Komentar

Religi – Bulan Sya’ban adalah bulan yang banyak memiliki manfaat dan banyak terjadi sejarah islam di dalamnya. Beberapa amalan telah diajarkan ulama, seperti membaca Al-Qur’an, memperbanyak shalawat, memperingati malam Nishfu Sya’ban, serta berpuasa di bulan Sya’ban.

Dikutip dari nu.or.id puasa di bulan Sya’ban memang tidak banyak diketahui seperti puasa sunnah lainnya yang banyak disebutkan dalam ceramah ataupun pengajian. Namun, puasa bulan Sya’ban sendiri memang dilakukan oleh Nabi. Dalam sebuah hadis riwayat Imam al Bukhari disebutkan :

“Diriwayatkan dari Abu Salamah, bahwa Aisyah berkata: Nabi tidak berpuasa pada satu bulan lebih banyak selain di bulan Sya’ban. Sesungguhnya Nabi berpuasa pada bulan Sya’ban (seolah-olah) pada seluruh bulan.” (HR. Bukhari)

Baca Juga:PDAM Subang Siapkan Berbagai Strategi untuk Pemerataan Ketersediaan Air BersihHarga Minyak Dunia Anjlok, 2 Minggu Terakhir Paling Buruk

Meski Nabi tidak berpuasa setiap hari di bulan sya’ban, namun karena saking seringnya Nabi didapati berpuasa di bulan Sya’ban, maka disebutkanlah seolah Nabi berpuasa di bulan Sya’ban setiap hari. Imam al Qasthalani dalam Irsyadus Sari yang merupakah syarah Shahih al Bukhari mencatat alasan Nabi memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.

Suatu ketika, Nabi ditanya oleh Usamah bin Zaid:

“Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Aku bertanya pada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, aku tak melihat engkau berpuasa dalam sebulan sebagaimana engkau lakukan di bulan Sya’ban.” Rasulullah menjawab, “Bulan itu (Sya’ban) adalah bulan yang banyak orang lalai darinya, karena berada di antara bulan Rajab dan Ramadan. Pada bulan Sya’ban, amalan diangkat kepada hadirat Allah, maka aku ingin amalanku diangkat selagi aku sedang berpuasa.” (HR. An Nasa’i).

Begitulah, karena berada di antara dua bulan yang agung dan selalu dirayakan yaitu bulan Rajab yang termasuk bulan haram (mulia), dan bulan Ramadan yang merupakan bulan puasa, orang-orang menjadi disibukkan dengan dua bulan itu.

Selanjutnya Ibnu Hajar al Asqalani menyebutkan dalam Fathul Bari Syarh Shahih al Bukhari bahwa Aisyah juga meriwayatkan bahwa Nabi banyak berpuasa di bulan Sya’ban karena pada bulan tersebut ajal seorang manusia dicatat, dan Nabi ingin ajal beliau dicatat saat sedang berpuasa.

0 Komentar