JAKARTA– Awal Puasa Ramadan 1443 H Tahun 2020 versi Muhammadiyah dan NU kemungkinan akan berbeda.
Muhammadiyah telah menetapkan kapan awal puasa Ramadan. Yaitu, 1 Ramadan jatuh pada 2 April 2022.
Sementara itu, pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) sangat mungkin mengawali puasa pada 3 April, meski belum diputuskan.
Baca Juga:Link Video Dea Onlyfans Diburu Netizen, Ada Beberapa Video?Kasus Suami Jual Istri di Serang, Ternyata Segini Tarifnya
Potensi perbedaan serupa juga diprediksi bakal terjadi pada penetapan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Potensi perbedaan awal Ramadan, 1 Syawal, dan Idul Adha tersebut disampaikan Guru Besar Astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin.
Hal itu disampaikan dalam webinar yang diadakan Majelis Pemuda Islam Indonesia (MPII) dan LPBKI MUI di Jakarta.
’Dengan wujudul hilal 1 April itu sudah wujud,’’ katanya seperti dilansir dari Fajar.co.id.
Dengan demikian, ormas keagamaan yang menggunakan acuan wujudul hilal bakal mulai berpuasa 2 April.
Sementara itu, bagi ormas keagamaan yang menggunakan rukyat, pada 1 April hilal belum bisa dirukyat atau diamati. Karena itu, 1 Ramadan 1443 H jatuh pada 3 April.
’’Secara rukyat, tidak mungkin terjadi rukyat (pada 1 April) sehingga awal Ramadan ini akan terjadi perbedaan,’’ jelas mantan kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) itu.
Baca Juga:Buka Puasa Bersama Boleh, Tapi Dilarang Ngobrol, Ini Alasan Satgas Covid-19Tol Japek Arah Jakarta Macet Parah, Ternyata ini Penyebabnya
Begitu pula 1 Syawal, Thomas mengatakan, dengan kriteria wujudul hilal, Lebaran jatuh pada 2 Mei. Namun, dia menjelaskan bahwa ada potensi hilal tidak bisa dirukyat pada 30 April.
Dengan demikian, 1 Syawal 1443 H bagi yang berpatokan terhadap rukyat bisa jatuh pada 3 Mei.
’’Kecuali nanti di wilayah Sumatera ada yang bisa rukyat (hilal), Lebaran 2 Mei,’’ katanya.
Awal Puasa Ramadan Tahun 2020 versi Muhammadiyah dan NU
Demikian pula penetapan awal Zulhijah sebagai patokan Idul Adha (10 Zulhijah).
’’Perlu disampaikan, dengan perbedaan kriteria tersebut, keputusan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah ada potensi perbedaan,’’ ujar Thomas.
Wakil Ketua Umum MUI Marsudi Syuhud menuturkan, perbedaan adalah hal biasa. Sehingga, tak perlu dijadikan sebuah polemik.
Sebab masing-masing metode yang digunakan memiliki landasan masing-masing.