SISTEM dan prosedurnya memang demokrasi tapi kandidatnya para pembajak demokrasi. Benarkah itu yang akan terjadi di Pemilu Filipina pada Senin, 9 Mei besok
Sejumlah gejala membajak demokrasi itu sudah terlihat. Pertama, anak mantan diktator Filipina yaitu Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr. menjadi kandidat terkuat. Elektabilitasnya mencapai 52 persen. Jauh melampaui puluhan calon presiden Filipina lainnya.
Jangan kaget, calon presiden Filipina ditetapkam 97 kandidat. Sedangkan calon wakil presidennya 29 kandidat. Undang-undang Filipina membolehka begitu.
Baca Juga:Dua Isu Babon Subang ARD-Mang Eep Gencar Blusukan, Inilah Cara Nasdem Populerkan Bakal Calon Bupati Subang
Hal itu membuka peluang Filipina akan jatuh ke cengkraman diktator jilid 2. Mendiang Ferdinand Marcos Sr. sebelumnya telah menyengsarakan Filipina selama masa jabatannya 21 tahun. Hingga kemudian digulingkan dan diusir rakyatnya sendiri pada tahun 1986. Wafat di pengasingannya di Hawai tahun 1989.
Beda nasib dengan keluarga Cendana-Soeharto. Keluarga rezim Marcos yaitu anak, cucu, menantu, keponakan atau orang dekatnya kini menggurita menduduki jabatan penting di negeri kepulauan itu. Bahkan sang istri diktator yaitu Imelda Marcos belum satu hari pun menjalani hukuman.
Meski dituntut puluhan kasus tindak pidana. Sakti. Malah terpilih menjadi anggota senat. Mantan ibu negara dan kontestan ratu kecantikan yang glamor itu panjang umur. Usinya kini sudah 93 tahun. Ratu pengoleksi 3.000 pasang sepatu bermerek yang menghebohkan itu.
Jika anaknya Bongbong Marcos Jr. terpilih, maka kejayaan keluarga Marcos benar-benar bangkit lagi. Siapa yang membangkitkannya? Presiden Filipina saat ini: Duterte. Ia mendukung Bongbong dan menyetujui anaknya-Sara Duterte menjadi calon wakil presidennya.
Partai yang kini berkuasa di Filipina yaitu PDP-Laban juga sudah deklarasi mendukungnya. Padahal, partai itu didirikan untuk menentang kekuasaan sang diktator Ferdinand Marcos Sr. Itulah keganjilan kedua.
Keganjilan ketiga, watak otoriter sudah terlihat dari sikap-sikap Bongbong Marcos Jr. Ia enggan mengikuti debat capres dan selalu menghindar diwawancara media. Apalagi media asing. Ia gencar melakukan kampanye via medsos dan pengamat menyebut melakukan disimformasi yang massif.
Anak muda yang tidak tahu sejarah diktator Marcos, akan mudah terpengaruh. Bongbong menyebut masa pemerintahan Marcos adalah masa gemilang Filipina. Mungkin mirip dengan slogan: ‘penak zamanku tho’ yang sering kita lihat di mobil truk. Di jalur Pantura.