“Jumlah keluarga berisiko stunting ini harus ditekan seminimal mungkin. Mari kita bekerja secara optimal,” kata Hasto dalam Apel Siaga TPK Bergerak di alun-alun Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Kamis (12/5).
Apel siaga ini juga diikuti oleh kelompok TPK secara Daring di 514 Kabupaten/Kota.
Hasto juga menanggapi soal pemutahiran data stunting yang disebut Ridwan Kamil perlu ada singkronisasi. Pasalnya, menurut Hasto, data keluarga beresiko stunting yang dinamis dari waktu ke waktu, memerlukan verifikasi, validasi, dan sekaligus pemutakhiran (updating). Agar pemerintah mempunyai data sasaran yang valid dan akurat, yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan penajaman sasaran pendampingan keluarga, maupun intervensi terhadap keluarga beresiko stunting. Antara lain terdiri dari ibu hamil, balita (0-59 bulan), baduta (0-23 bulan).
Baca Juga:Vaksinasi di Purwakarta Kembali Digencarkan Pasca LebaranBerikut Jadwal Pemberangkatan Jemaah Haji Asal Karawang
“Kader KB akan datang ke rumah para keluarga sasaran untuk melakukan pemutakhiran, verifikasi, dan validasi data. Selain melakukan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) pencegahan stunting,” katanya lagi.
Hal tersebut, kata Hasto lagi dapat dilakukan bersamaan mengingat kader Keluarga Berencana (KB) juga adalah bagian dari TPK, bersama-sama dengan pendamping dari tenaga kesehatan. Seperti bidan, dan kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Dalam proses pemutakhiran data, keluarga-keluarga yang ditemui TPK, diharapkan dapat memberikan data yang akurat, sesuai kondisi sebenarnya. “Petugas verifikasi dan validasi (verval), akan mencatat dan melaporkan adanya pemutakhiran atau perbaikan data keluarga sasaran, menggunakan formulir keluarga berisiko stunting. Formulir ini sedikitnya mencatat nama kepala keluarga dan alamat, serta keberadaan anak baduta, balita, pasangan usia subur (PUS), dan ibu hamil,” tambahnya.
Selain itu, faktor-faktor lain ikut dicatatkan, seperti kondisi lingkungan (ada atau tidaknya sumber air minum layak, dan jamban layak), kondisi PUS (4 terlalu), keberadaan keluarga dengan kategori risiko, dan keberadaan kasus stunting, serta ada atau tidaknya pendampingan dari tim pendamping keluarga.(idr/vry)