Ubah Paradigma Panti, PMKS dan Difabel Dilatih Produktif

PELATIHAN: PMKS dan Difabel mendapat pelatihan membatik agar lebih produktif di bawah Binaan Dinas Sosial Jabar. EKO SETIONO/PASUNDAN EKSPRES
PELATIHAN: PMKS dan Difabel mendapat pelatihan membatik agar lebih produktif di bawah Binaan Dinas Sosial Jabar. EKO SETIONO/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

BANDUNG BARAT-Dinas Sosial (Dinsos) Jawa Barat berupaya melakukan transformasi eksistensi panti sosial melalui berbagai inovasi program. Sehingga paradigma panti yang selama ini identik dengan tempat sosial bisa berubah menjadi sarana peningkatan ekonomi masyarakat.

Kepala Dinas Sosial Jawa Barat Dodo Suhendar mengatakan, inovasi dan transformasi sedang digencarkan dalam mengubah paradigma panti. Banyak penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan kalangan difabel yang dibina oleh Dinsos di Pusyansos agar produktif.

“Tahun lalu kita adakan bazar UKM disabilitas se-Jabar, tahun ini melalui mitra-mitra binaan di Pusyansos diharapkan bisa berkembang lagi. Sehingga paradigma panti, lambat laun bisa berubah,” kata Dodo saat ditemui di Panti Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (PPSBR) Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (25/5).

Baca Juga:Tindaklanjuti Penjajakan PLTB, Ridwan Kamil Lakukan Kunjungan Kerja ke LondonDinas Bina Marga dan Penataan Ruang Jabar Klaim Kondisi Jalan Terpelihara Saat Mudik Lebaran 2022

Menurutnya, berbagai kegiatan seperti membuka usaha barber shop, membatik, melukis, menjadi desainer edukasi, dan alih profesi lainnya, merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan. Sehingga binaan-binaan yang dirintis melalui program unggulan di Dinsos ke depan bisa berubah menjadi koperasi UKM.

Secara nilai ekonomis di UKM ini cukup menjanjikan, sebab untuk batik saja bisa menghasilkan sekitar Rp750 sampai Rp1 juta. Sehingga mereka sudah mulai memiliki kemampuan dari hasil usaha itu dengan mendapatkan penghasilan. Program ini pun diharapkan bisa menginspirasi yang lain untuk ikut terlibat.

“Kami juga mengembangkan di kabupaten/kota loka bina karya, disitu pusatnya aktivitas. Dari 45 kelompok yang ada itu, per satu kelompoknya rata-rata itu ada 7-10 orang, sehingga kedepan potensi ini akan dikolaborasi dengan dinas koperasi,” tuturnya.

Lebih lanjut, dikatakannya, program ini bukan hanya untuk PMKS dan difabel saja tapi ada juga bagi wanita rawan sosial ekonomi atau mantan pekerja seks komersial, serta wanita kepala rumah tangga. Hanya saja karena kuota terbatas maka tidak semua bisa ditampung, seperti tahun sebelumnya kuota mencapai 300 pada saat pandemi berkurang hanya 150 orang.

“Di Sukabumi dan Cirebon ada panti rehabilitas, harapannya bisa ada alih profesi dari para eks pekerja seks komersial. Nanti kita akan coba hadirkan figur yang telah berhasil untuk testimoni, supaya jadi motivasi bagi yang lainnya,” ujarnya.(eko/sep)

0 Komentar