Saya tidak pernah mau menyebut apa kepanjangan JTV. “Biar saja seperti anak kecil diberi nama Abu saja,” kata saya selalu. Setelah besar nanti akan tahu sendri Abu-siapa.
Kalau anak itu tumbuh menjadi orang baik kita akan panggil ia Abu Bakar. Atau ia jadi pelawak kita panggil Abu Nawas. Kalau ia jadi orang yang tidak jelas kita panggil Abu-abu.
“JTV pun demikian. Kalau kelak maju kita sebut Jatim TV. Tapi kalau ternyata parah kita sebut Jancuk TV,” kata saya.
Baca Juga:Viral Lukisan Sungai Aare, Ridwan Kamil Beli dengan Harga Rp.10 JutaBelum Lunasi Biaya Rumah Sakit, Seorang Ibu di Purwakarta Ditahan Walau Bayinya Meninggal!
Nanang terus berkarir di JTV. Sampai jadi direktur. Sampai pensiun dan kini jadi aktivis pembela sejarah. Nanang punya perkumpulan pecinta sejarah. Namanya Begandring. Diambil dari bahasa Belanda: ngoceh-ngoceh. Ia jadi ketuanya. Kelompok inilah yang vokal kalau ada peninggalan sejarah yang diganggu.
Kesimpulan Nanang, Hariyatie hanya dua tahun menjadi istri Bung Karno. Tahun 1963 kawin. Tahun 1965 terjadi G30S/PKI. Suasana politik tidak menentu.
Tapi, tulis Nanang, Hariyatie baru cerai di tahun 1967. Berarti ketika Bung Karno sudah dalam status ”tahanan politik” Presiden Soeharto. Bung Karno lantas meninggal di tahun 1970. Yakni ketika Hariyatie masih berumur 30 tahun. Belum punya anak.
Nanang menulis, Hariyatie lantas kawin lagi. Yakni dengan Sakri Sukirman. Ia masih orang dekat Bung Karno. Salah satu ajudan presiden. Dengan Sukirman, Hariyatie punya anak empat orang.
Hariyatie sendiri belum lama meninggal. Tahun 2016. Makamnya di TPU Kebon Nanas Jakarta.
Berarti, kini tinggal Ratna Sari Dewi yang masih hidup. Yang tinggal di Paris. Juga Jurike Sanger. Yang tinggal di dekat Los Angeles.
Nanang tidak akan menemukan jenis surat-surat cinta seperti itu sekarang dan di masa yang akan datang. Kini banyak surat cinta yang langsung di-delete keesokan harinya. Atau ter-delete. (Dahlan Iskan)