Maka USD 250 tidak mahal. Ternyata mahal dan murah itu ditentukan juga oleh persepsi.
Buktinya laris. Peminatnya datang dari berbagai penjuru Amerika. Salah satu yang tewas itu misalnya, seorang pilot dari Texas.
Sejak beberapa hari sebelumnya ia sudah posting di medsosnya. Menceritakan kegembiraannya segera ke Logan untuk terbang dengan Si Tua. Bagi ia, acara Reuni Huey itu adalah perayaan kemerdekaan Amerika yang paling seru.
Baca Juga:Pengembang Beri Kemudahan Bagi Pencari Properti, Murahnya Investasi di Neo Casa KarawangBawaslu Purwakarta Apresiasi Pembahasan Raperda Dana Cadangan Pilkada
Seorang pilot lain mengajak istri ke Logan. Sang istri tidak mau ikut terbang. Ia menunggu di bawah. Ternyata dia menunggu kematian sang suami di situ.
Helikopter Huey jatuh 20 menit setelah take-off. Ia jatuh di sebuah lahan kosong dekat dengan jalan raya negara bagian West Virginia. Semua penumpangnya tewas. Penyebab jatuhnya masih diteliti –lebih satu minggu lagi baru diketahui.
Itu adalah penerbangan terakhir hari itu. Jam sudah menunjukkan pukul 17.00.
Heli Huey mulai mengudara. Cuaca cerah. Di Logan, di bulan seperti ini, pada pukul segitu, matahari masih agak tinggi. Angin juga tidak mencurigakan. Berarti, kecelakaan itu murni masalah teknis atau manusia.
Pilotnya, saat itu, Don Sandhoff, 69 tahun. Atau siapa saja. Penyelenggara tidak menyediakan pilot khusus. Siapa saja, asal punya izin, silakan menerbangkannya.
Suka rela. Tidak dibayar. Justru membayar.
Penyelenggara Reuni Huey itu adalah MARPAT Aviation. Itu perusahaan penerbangan yang mengelola bandara kecil Logan.
Di Amerika ada ratusan bandara seperti itu. Atau ribuan. Yang panjang landasannya hanya sekitar 1.000 meter. Yang organisasi pengelolaannya sangat simpel.
Saya pernah menengok anak, yang saat itu sekolah di pedalaman Amerika. Saya mendarat di bandara seperti itu.
Baca Juga:Catatan Harian Dahlan Iskan: Babi BebekViral Promo Minuman Beralkohol untuk Nama ‘Muhammad dan Maria’, Holywings Dilaporkan Ke Polda Metro Jaya
John Mohn dan anak saya mengantar saya pulang lewat bandara itu lagi.
Begitu sampai bandara, pintu terminal masih dikunci. Sepi. Tidak ada manusia lain.
Kami parkir di halaman depan terminal itu. Saya melongok ke apron. Sepi. Tidak ada pesawat parkir. Landasannya kelihatan di agak jauh sana. Juga sepi.
Saya mengintip lewat kaca pintu depan. Ruang tunggu itu kecil. Oh.. ada counter juga. Sepi. Tidak ada petugasnya.