Walau 24 jam waktunya disiapkan untuk melayani warga, tak jarang RT Matalih mendapat complain warga. Complain datang, dari warga yang tidak mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT). Atau dari penghuni kontrakan yang ditegur jika tidak membawa fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk) atau Buku Nikah. Atau tamu penghuni kontrakan yang disuruh pulang, jika melewati batas waktu. Pun keluhan dari keluarga karena sering bolos kerja, mewujudkan dapur tak berasap.
Dengan segala keterbatasannya, dia jalani tugasnya dengan ihlas, diniati ibadah serta melayani warga. RT Matalih bekerja dari hati. Menjadi mediator yang berbicara dari dan sampai ke hati, untuk mencari solusi yang adil. Melahirkan kepercayaan warga (trust) untuk mencari titik temu.
Paling tidak, itu yang bisa saya tangkap dari diri RT Matalih. Dan bisa jadi, para RT diseluruh Indonesia, memiliki etos melayani warga dengan sepenuh hati. Etos melayani dan keikhlasan menjadi titik tolak RT Matalih dalam menjalankan amanah. Entah, apakah saya mampu bertitik tolak pada titik yang sama dengan teladan RT Matalih. Pun pembaca.
Baca Juga:Dampak Perang Rusia – Ukraina, Perusahaan di Subang Rumahkan PekerjaMuhammadiyah Pagaden Gelar Sholat Idul Adha, Potong 4 Sapi dan 16 Kambing
Pengurus RT adalah sistem supra struktur paling bawah yang langsung bersentuhan dengan warga. Mereka pun menjadi struktur antara (mediating structure) warga dan pemerintah. Pun menjadi bagian mediator, komunikator dan sekaligus penjaga kearifan lokal dan sistem sosial masyarakat setempat. Berbekal kesukarelaan -volunterisme, kebersamaan, gotong royong serta kearifan lokal.
Problem sosial selalu ada dalam sistem sosial lingkungan RT. Namun semua diselesaikan dalam sistem musyawarah berbasis kearifan lokal. Gotong royong adalah bagian dari kekuatan sistem sosial mendasar di lingkungan RT, yang harus dirumat. Dengan titik tolak etos melayani, keikhlasan dan bekerja dengan hati, menjadi penguat dalam menjalankan amanah. Titik tolak etos RT Matalih, gambaran dekat nilai Pancasila. Yang jauh adalah, titik tolak etos yang mengusung kepentingan diri sendiri atau kelompok. Entah siapa? (*)
OLEH: Kang Marbawi