Seminar Ramah Lingkungan Menuju Energi Terbarukan

Seminar Ramah Lingkungan Menuju Energi Terbarukan
o
0 Komentar

“Hari ini, suhu bumi sudah naik 1,37 derajat celcius, karena luncuran karbon dioksida dari pembakaran energi fosil sangat tinggi, seperti minyak, gas dan batubara,” tambahnya.

Diakuinya, Indonesia salah satu negara yang gagal menerapkan sistem pembatasan pertumbuhan penduduk. Akibatnya, sangat berpengaruh tersebut ketersediaan lahan terbuka hijau hanya karena memenuhi kebutuhan pangan dan papan (pemukiman). Akibatnya, serapan oksigen (CO2) sangat minim karena minimnya pepohonan.

Sedangkan, kebutuhan batubara sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik di Indonesia sangat tinggi. Sebab, 67 persen pembangkit listrik di Indonesia menggunakan 1,3 juta ton per tahun bahan bakar batubara.

Baca Juga:SD Rabbani Gelar Peragaan Busana Muslim Siswa dan Orang TuaHarga Telur di Subang Naik, Ini Penyebabnya

Energi fosil batubara untuk listrik, harganya murah karena disubsidi. Listrik di Indonesia baru 68 giga yang diproduksi. Jadi 50 kali lipatnya (potensi EBT). Jika dilihat dari potensi yang cukup besar, maka EBT sangat memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia.

“Dari sisi ekonomi dan efesiensi, EBT juga berpotensi ikut mengembangkan perekonomian. Seperti, sekitar setahun lalu tenaga Surya dianggap mahal dibandingkan energi fosil. Kalau dilihat sekarang ini, jika energi fosil tidak disubsidi, jauh lebih murah (EBT),” jelasnya.

Menurutnya, Indonesia harus segera meninggalkan energi fosil dan masuk ke energi non fosil seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), sangat berpotensi dibangun di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. “Indonesia juga berpotensi menggunakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga angin di Sulawesi dan pembangkit listrik tenaga laut atau gelombang laut,” katanya.

Dirjen Energi Baru Terbarukan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Luh Nyoman Puspa Dewi mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang membutuhkan energi fosil yang cukup tinggi, khususnya sektor industri dan rumah tangga.

Kementerian ESDM sedang mengkaji penggunaan kompor induksi untuk rumah tangga yang akan diberlakukan mulai tahun 2025 mendatang.

“Energi primer harus dirubah ke energi listrik. Sehingga, tahun 2060 mendatang Indonesia Net Zero Emision,” kata Puspa.

Moderator, Charles Bonar Sirait, mengatakan, pihaknya akan mendorong pemerintah agar segera menerapkan perpindahan dari energi fosil ke energi non fosil. Agar generasi muda Indonesia tidak mengalami suhu bumi yang sangat luar biasa panasnya di kemudian hari.

0 Komentar