SUBANG-Wacana kenaikan BBM jenis Pertalite yang ramai diberitakan mendapati respon beragam dari mayarakat Kabupaten Subang. Dari pantauan Pasundan Ekspres, dari setiap SPBU yang ada di Subang, masih relatif normal tidak terpengaruh oleh wacana kenaiakan BBM tersebut.
Salah satu oprator SPBU Sheila Novianti menyebut jika masyarakat masih normal melakukan pembelian, belum ada pengaruh apapun. Sheila mengaku, mendengar dan membaca langsung kabar wacana kenaikan BBM dari pemberitaan di media massa.
“Sudah dengar sih ada beritanya. Katanya akan naik, tapi belum ko sekarang mah. Makanya, masih normal-normal saja,” ungkapnya, Selasa (23/8).
Baca Juga:Kasus Ustad Cabul di Subang, Berikut Proses KasusnyaKasus Judi Online di Kawasan PIK, 78 Orang Ditangkap Polda Metro Jaya
Dia berharap, jika memang akan ada kenaikan terlebih dulu diinformasikan atau disosialisasikan ke masyarakat. Sejauh ini, dia mengaku belum mendapati sosialisasi dari pihak manapun, termasuk dari Pertamina. “Biasanya sih suka ada sosialisasi, tapi sampai sekarang juga belum ada,” tambahnya.
Salah satu masyarakat Subang yang kedapatan sedang membeli BBM Pertalite, Yoga Aditia (27) megaku belum mengetahui soal adanya wacana kenaikan harga BBM Pertalite. Senada dengan Sheila, dia berharap akan ada sosialisasi lebih dulu sbeelum pemerintah benar-benar menaikan harga BBM Pertalite.
“Gak tahu tuh. Tapi, tadi masih harganya masih sama. Harapannya kalau benar akan ada kenaikan, ya ada sosialisasi,” katanya.
Wacana kenaikan BBM jenis Pertaite ini muncul sesaat setelah Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjelaskan, saat ini pihaknya tengah menghitung betul dampak ekonomi dari kenaikan harga BBM jenis pertalite.
Wacana kenaikan ini mengemuka setelah Jokowi menyebut beban subsidi APBN untuk bahan bakar minyak sudah sangat besar, yakni mencapai Rp502 triliun
“Semuanya saya suruh menghitung betul. Hitung betul sebelum diputuskan!” ujar Jokowi dikutip Pasundan Ekspres dari keterangan persnya, Selasa (23/8).
Jokowi menjelaskan, dampak dari kenaikan harga pertalite bakal mempengaruhi daya beli rakyat, menurunkan konsumsi rumah tangga, hingga berisiko menaikkan inflasi dan membuat pertumbuhan ekonomi menurun. Dampaknya yang begitu luas terhadap hajat hidup orang banyak, Jokowi mengaku bakal sangat berhati-hati memutuskan kenaikan.
Baca Juga:Gedung Sekolah Hampir Roboh, Siswa SDN Mekarmulya III Belajar LesehanSegera Lakukan Kajian dan Analisa, Bupati Puji Kinerja TP2D
“Ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Jadi semuanya harus diputuskan dengan hati-hati, dikalkulasi dampaknya,” kata Jokowi.