Bau Bayi

Filsafat Pancasila sila keempat
0 Komentar

Pojokan 115

Aromanya begitu khas, tak ada duanya. Khas bayi umur tiga-empat bulan. Aroma yang begitu unik, menggemaskan. Membuat bibir siapapun selalu ingin nempel di kulit pipinya. Bahkan aroma ecesnya pun begitu distingtif. Itulah aroma bayi ketika bangun tidur. Tak bau seperti semprotan eces orang dewasa, mungkin akibat residu kata-kata tak adabnya.

Wajah polos tak berdosanya, menjadi penawar penat para orang tua sepulang berburu darma. Senyum dan tawa tulusnya menjadi buluh perindu para orang tua untuk selalu ingat pulang. Pendorong semangat untuk menunaikan darma sebaik-baiknya dan sehalal-halalnya. Tak ingin melekatkan ke dalam darah dan dagingnya sesuatu yang tak halal dan kotor, hasil keringat bercela dari laku darma.

Ocehannya menjadi suara termerdu dan terindah di telinga. Walau sekedar “aaaa….. eeeeee, oooooo…”. Suara khas, yang meluncurkan kebahagiaan, kasih sayang dan ikatan batin. Tak dimengerti, namun menjalin komunikasi batin yang membekas pada jiwa dan pikiran anak. Menyuburkan pertumbuhan otak dan jiwanya. Membuncahkan kegemasan dan dekapan cinta.

Baca Juga:Waspada Migrasi Hama Wereng Batang CoklatTunjangan Profesi Guru Dihapus, PGRI Subang Kawal Regulasi Sertifikasi Pendidik

Atas nama anak dan kelangsungan keturunan, orang tua banting tulang. Mencari nafkah mengais rizki melalui darma masing-masing. Kebahagiaan lahir dan batin keluarga adalah tujuan. Tak pelak, apapun dilakukan. Melebihi kebutuhan dan definisi kebahagiaan lahir batin keluarga yang terikat pada materialisme. Materialisme yang menjadi tujuan dan menganggit godaan, harta, tahta dan pria/wanita.

Padahal bisa jadi, kebahagiaan lahir batin adalah ketenangan dan tercukupinya kebutuhan. Kecukupan yang tak lebih. Kelebihan yang tak berlebih dari hasil darma. Namun memberkahi sanak dan sesama. Tetap saja, godaan materialisme membuncah dalam setiap darma. Mengaburkan tujuan awal dan ingatan indah anak, istri dan keluarga.

Biasanya, sepulang menunaikan darma, sambutan senyum tulus, riang dan rentangan tangan anak adalah penawar penat yang paling indah dan mujarab. Rontok seluruh lelah beban kerja darma dalam siraman senyum-tawa anak-anak. Menguatkan kembali jiwa dan mencuci nurani.  Keriangan di rumah adalah anugerah sebenarnya dari darma yang dilaku. Celoteh anak-anak tentang apapun menjadi kicauan penenang atas polusi di tempat laku darma. Polusi yang menghitami nurani dan mengikis karang kesabaran dan integritas.

0 Komentar