Archimedes

Archimedes
0 Komentar

Pojokan 117

Orang Syracuse (Sirakusa) Yunani itu, berlari telanjang dan basah kuyup dari pemandian umum, sambil teriak-teriak “Eureka! Eureka!” (“Saya telah menemukannya!”). Kegembiraan yang teramat sangat hingga lupa kondisi basah kuyup dan telajang itu terjadi, saat Archimedes menemukan jawaban atas titah raja Yunani, Raja Hiero II.

Insiden Archimedes ini bermula ketika Raja Hiero II meminta Archimedes untuk membuktikan keraguan terkait mahkota emasnya. Archimedes diminta untuk menguji mahkotanya, apakah terbuat dari emas semua atau ada bahan campuran berkualitas rendah yang dibuat pengrajin mahkota. Adegan legendaris ini terjadi ketika Archimedes menemukan jawaban atas titah rajanya, saat dia melangkah di bak mandi di pemandian umum.

Insiden Eureka-nya Archimedes (287-212 SM) ini melahirkan Hukum Gaya Archimedes yaitu bahwa setiap benda yang tercelup baik keseluruhan maupun sebagian dalam fluida, maka benda tersebut akan menerima dorongan gaya ke atas (atau gaya apung). Teori yang ditemukan tak sengajanya ini kemudian memberika kebermanfaatan besar kepada kehidupan manusia.

Baca Juga:Buntut Mosi Tidak Percaya Terhadap Ketua DPRD  Purwakarta, Lima Fraksi Surati GubernurSoal Mosi Tidak Percaya, Aliansi Kiansantang: Jangan Berlebihan!

Eureka nya Archimedes tentu menjadi dambaan setiap orang. Menemukan sesuatu yang berharga dari apa yang dicari atau dibutuhkan. Pastinya, penemuan tersebut tidak selalu mudah. Akan selalu ada tekanan. Dan penemuan Eureka itu akan didapat dari seberapa besar kita menerima dan bertahan dari tekanan atas apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan itu.

Tidak hanya dalam hukum fisika, hukum Archimedes bisa digunakan dalam kehidupan sosial manusia. Sebab faktanya setiap dari kita memiliki tekanan dalam berbagai kadar dan intensitas. Ibarat wadah, jiwa dan pikiran kita selalu mendapat tekanan. Entah dari pekerjaan, atau dari individu. Bertumbuk kepada tubuh biologis kita. Meracau dalam tekanan psikologis yang memengaruhi emosi dan kesadaran. Menggerogoti kewarasan pikiran dan nurani.

Tekanan itu sejatinya menjadikan jiwa dan pikiran kita menjadi dewasa dan ulet. Namun tidak semua dari kita memiliki ketahanan yang sama dalam menerima tekanan. Beberapa dari kita, menjadi terasing dan melarikan diri dari tekanan dengan berbagai cara. Dan beberapa dari kita justru menjadi semakin kuat dengan tekanan yang menimpanya.

0 Komentar