Untuk berganti ke kompor listrik peralatan masak yang sekarang memang tidak bisa dipakai. Terutama yang terbuat dari aluminium. Alat dapur yang cocok untuk kompor listrik adalah yang mengandung besi. Panci-panci aluminium tidak cocok: panasnya lama sekali. Teflon yang ada di dapur Anda umumnya juga tidak cocok. Kecuali yang mengandung besi. Kira-kira hanya 20 persen teflon yang ada di pasaran selama ini yang mengandung besi.
Siapa yang jadi sasaran penggantian kompor ini? Orang kaya? Orang miskin?
Inilah sulitnya.
Pemerintah memilih mendahulukan orang miskin. Yakni yang berlangganan listrik 450 VA. Mereka inilah penyerap subsidi terbesar. Di dua bidang sekaligus: subsidi listrik dan subsidi elpiji.
Baca Juga:Masuk dalam Daftar Bursa Cawalkot Bandung, Atalia: Tidak Boleh Ada Dua Matahari di Keluarga KamiFitur Apa Saja yang Ada di Whatsapp GB Versi Terbaru? Simak 4 Fitur Menarik Ini, Bisa Simpan Status Orang
Tapi penerima subsidi itu mungkin tidak merasa kalau sedang menerima subsidi setiap hari. Bisa saja mereka menganggap harga elpiji 3 kg itu ya memang segitu.
Maka ketika akan pindah ke kompor listrik pertanyaannya satu: apakah lebih murah dari elpiji. Bagaimana menjelaskannya?
Kalau dibanding harga elpiji non subsidi jauh lebih murah. Tapi bukan itu intinya: bagaimana dengan biaya elpiji saat ini, sekarang ini, yang disubsidi besar-besaran itu. Tentu masih sedikit lebih mahal.
Maka DPR cenderung menolak program komporisasi listrik ini. Dianggap terlalu rumit.
Sebenarnya masih lebih rumit dari itu.
Misalnya, bagaimana listrik 450 VA bisa dibuat menyalakan kompor listrik. Pasti tidak bisa. Berarti daya listrik di rumah itu harus dinaikkan: menjadi 2200 VA. Seperti di rumahnya orang mampu. Maka kalau semua rumah 450 VA berubah ke kompor listrik otomatis pelanggan 450 VA hilang.
Tidak begitu.
Kalau pikirannya seperti itu tidak akan ada orang miskin yang mau ganti pakai kompor listrik. Tarif dasar pelanggan 2200 jauh lebih tinggi dari 1200 atau pun 900 VA. Apalagi dibanding 450 VA.
Lantas bagaimana?
PLN sudah siap.
Meski daya listrik di rumah orang miskin itu menjadi 2200, tapi ia tetap dianggap pelanggan 450 VA. Tetap murah sekali. Dan tetap disubsidi pula.
Baca Juga:Inovasi Layanan, Perumda TRS Kerjasama dengan Perusahaan Swasta dan BUMD SS19.638 Warga Lembang Dapat BLT BBM, Bantu Ringankan Masyarakat
Yang 2200 VA itu lebih untuk menghidupkan kompor. Di kompor itu sudah dipasangi software dan layar digital. Bisa dibaca di kompor itu: berapa penggunaan listriknya. Di tagihan bulanannya pun akan ada perincian: berapa rupiah untuk rumah dan berapa rupiah untuk kompor.