SUBANG – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendukung penuh dan mendorong adanya kegiatan sosialisasi dan edukasi dalam upaya percepatan penurunan stunting.
“Kita tidak lepas terus mengedukasi dan sosialiasi terkait dengan stunting. Di mana sekarang kementerian dan lembaga untuk bersama-sama merencanakan strategi penurunan stunting,” ungkap Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN Pusat, Safrina Salim saat di Subang, belum lama ini.
Dia menyebut, ada berbagai faktor penyebab terjadinya stunting yang harus diketahui masyarakat. Selain perilaku pasca melahirkan, kultur yang selama ini terjadi juga harus diperhatikan.
Baca Juga:Ketua DPRD Purwakarta, Ahmad Sanusi Suarakan Filosofi : Kerja Tepat, Cepat dan AkuratWarga Munjul Sambut Gembira Pembangunan Jalan Baru
Kondisi stunting secara nasional di Indonesia saat ini masih tinggi, yakni di angka 24,4 persen, sedangkan di Jawa Barat 24,5 persen.
“BKKBN menjadi koordinator stunting yang sampai dengan tahun 2024 nanti stanting dapat turun di posisi 14 persen,” jelasnya.
“Di sini peran kita, strategi yang dibuat oleh orang BKKBN itu tidak membicarakan lagi terkait dengan periode seribu hari pertama itu, tapi bagaimana kita membicarakan siklus kehidupan ketahanan keluarga dan keluarga yang berencana,” jelasnya.
Dia menambahkan, keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Karena itulah peran orang tua sangat dominan dalam menanamkan pendidikan dan pengasuhan berkualiatas terhadap anak.
Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang juga perlu dilakukan oleh orang tua sehingga dapat mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita.
“Maka dari itu saya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak lagi memimikirkan hal-hal yang bersifat teoritis dan memakan waktu lama dalam uapaya percepatan penurunan stunting,” ucapnya.(cdp/ysp)