“Rangkaian proses ziarah itu dimulai dari tawasul di makam. Biasanya, berlangsung selama satu minggu. Setelah tawasul dan menginap di makam, para peziarah biasanya mandi di sini dan diakhiri dengan berdzikir hingga subuh,” ungkapnya.
Seluruh rangkaian proses ritual dari mulai ziarah, tawasul, mandi hingga dzikir dilakukan pada tengah malam hingga subuh, dan berlangsung selama sepekan. Para peziarah biasanya akan membawa bekal yang cukup untuk menginap di pelataran makan.
Hal itu, kata Adom bisa disebut ampuh. Sebab menurut penuturannya, berdasarkan testimoni atau cerita dari orang-orang yang penah melakukan proses ritual tersebut, bisa dikatakan mencapai keberhasilan.
Baca Juga:Polres Karawang Gelar Operasi Zebra lodaya, Utamakan Humanis, Preventif dan Represif untuk PengendaraPeraturan Mukab KADIN Merujuk AD/ART di Keppres Terbaru
“Seperti contoh, orang-orang yang ke sini mau dunia, minta kelancaran usaha, dan kebanyakan terbukti. Dalam beberapa bulan mereka mengalami pengajuan pesat di dunia usahanya. Dulu pernah orang Bekasi bercerita, ke sini hanya naik motor ingin mulai usaha rumah makan. Dalam 3 bulan sudah lancar, bahkan sudah bisa buka cabang rumah makan,” ungkap Adom.
Tak hanya itu, kata Adom, pada saat musim pencalonan Kepala Desa, atau Pemilu, biasanya calon legislatif juga melakukan proses ritual tersebut.
“Ada beberapa calon Kades yang juga sudah terbukti terpilih. Beberapa anggota DPRD di Karawang dulunya juga ziarah kesini,” katanya.
Adom menegaskan, tidak dibenarkan jika berziarah karena meminta sesuatu.
“Yang benar tentu saja minta hanya pada Allah, berziarah ini boleh dikatakan hanya sebagai syariat, atau jalan untuk bermahabah kepada orang-orang alim terdahulu,” tandasnya.(ddy/vry)