Health – Akhir-akhir ini, media sosial tengah ramai memperbincangkan kasus KDRT yang dialami oleh pasangan artis. Kasus yang ditindaklanjuti dengan menetapkan suami sebagai tersangka yang pada akhirnya menjadi sorotan.
Sebab, istri dari tersangka diketahui mencabut laporan KDRT. Menurut berita yang beredar tindakan tersebut diambil bertujuan demi memperbaiki rumah tangga keduanya.
Banyak netizen yang kemudian mengaitkan perubahan sikap dari sang istri terhadap suaminya, dengan istilah Stockholm Syndrome.
Baca Juga:Mengenal Lebih Dekat, 5 Tokoh Penting di Balik Sejarah Sumpah PemudaCocok untuk Caption! Kumpulan Kata-kata Sumpah Pemuda 2022
Stockholm Syndrome
Sindrom Stockholm atau Stockholm syndrome adalah tanggapan psikologis dari seseorang. Tanggapan ini muncul saat sandera atau korban tindak kekerasan, mempunyai hubungan pelaku kekerasan.
Hubungan psikologis ini dapat berkembang selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, selama korban ditahan atau dianiaya.
Kemudian, sandera atau korban kekerasan mungkin akan bersimpati dengan penculiknya atau abuser-nya.
Pasalnya, kondisi adalah kebalikan dari ketakutan, teror, dan penghinaan yang mungkin diharapkan dari para korban dalam keadaan ini.
Dengan berjalannya waktu, sebagian korban memang mengembangkan perasaan positif terhadap penculiknya. Mereka bahkan mungkin mulai merasa seolah-olah mereka memiliki tujuan yang sama.
Ciri-ciri Stockholm Syndrome
Stockholm syndrome dikenali oleh tiga peristiwa atau “gejala” yang berbeda, yaitu:
- Korban mengembangkan perasaan positif terhadap orang yang menahan mereka atau menyiksa mereka.
- Korban mengembangkan perasaan negatif terhadap polisi, figur otoritas, atau siapa pun yang mungkin mencoba membantu mereka melarikan diri dari penculik atau pelaku kejahatan lainnya. Para korban bahkan mungkin berpotensi menolak bekerja sama untuk melawan pelaku.
- Korban mulai merasakan rasa kemanusiaan dari pelaku kejahatan, dan percaya bahwa mereka memiliki tujuan dan nilai yang sama. (yni)