SUBANG– Industri garmen di Subang yang mengandalkan ekspor ke Eropa dan Amerika tengah menghadapi situasi yang sulit. Perekonomian yang menurun di berbagai negara tersebut berimbas pada minimnya order.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Subang, Asep Rochman Dimyati mengatakan, saat ini permintaan dari buyer mengalami penurunan.
ARD, biasa disapa menyebut, kondisi itu telah didiskusikan dengan para pengusaha untuk mengambil solusi terbaik.
Baca Juga:Aksi Ibu-ibu Rempong Bersihkan Lingkungan Berbuah Bantuan Cator2.078 Ekor Sapi Mati Terkena PMK, Peternak Ajukan Ganti Rugi
Dia mengatakan, para pengusaha memiliki berbagai cara untuk mempertahankan jalannya perusahaan.
Apakah merumahkan karyawan maupun pengurangan jam kerja menjadi pilihan pengusaha.
“Agar mereka tetap bertahan, pasti para pengusaha melakukan hal-hal yang bisa menyelamatkan perusahaannya,” jelasnya.
Manager Complaince PT Kwanglim YH Indah Pagaden Naryo menyebut, telah terjadi penurunan order sejak empat bulan terakhir. Bahan baku usaha garmen didapat dari China, kemudian diekspor ke Eropa.
Manajemen memilih jalan untuk merumahkan karyawannya sebagai upaya penyelematan perusahaan.
“Mau bagaimana lagi, ini dilakukan untuk menyelamatkan kondisi perusahaan,” katanya.
Naryo mengungkap, dari 1.700 pekerja PT Kwanglim YH Indah sebanyak 50 persennya sudah dirumahakan.
Dia berharap kondisi segera membaik sehingga tidak ada lagi karyawan Industri garmen yang dirumahkan.
Sementara itu, Kepala Disnakertrans Subang, Hj Yeni Nuraeni menyebut, masih mendata berapa jumlah karyawan yang terkena PHK akibat berkurangnya order.(ygo/ysp)