Keterbatasan yang ada di sekolah tidak menyurutkan semangat berpraktikum, semua bisa terwujud. SMA Negeri 1 Petarukan. Sekolah yang memiliki lahan yang cukup luas dan berdiri di atas tanah yang memiliki bahan induk alluvial, namun kebutuhan akan beraneka ragam tanah didatangkan dari luar guna memenuhi kebutuhan pembangunan dan estetika yang akan digunakan di lingkungan sekolah. Siswa dapat menguji beragam sampel tanah dengan berbagai macam jenis bahan induk yang berbeda-beda. Siswa mengamati mulai dari lokasi pengambilan sampel, tekstur, struktur, konsistensi, bahan induk, bahan organik, perakaran, pH, kandungan Mn, kandungan kapur hingga analisis dan kesimpulan sementara dari penelitian yang mengandung sifat kualitatif tersebut.
Pada awalnya, dalam satu pertemuan dengan materi mengenai pembentukan tanah diawali dengan pengenalan siswa mengenai horizon tanah. Siswa dikenalkan terlebih dahulu perbedaan antara horizon tanah dengan lapisan tanah. Horizon tanah terbentuk akibat peristiwa pedogenesis, sementara lapisan tanah diawali dari batuan dan bahan induk tanah. Setelah semua siswa mengerti mengenai kedua hal tersebut, barulah siswa diminta untuk memecah kelompok menjadi tujuh. Ini dengan pertimbangan siswa dalam satu kelas terdiri dari sekitar 35-36 anak. 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Siswa memiliki peran masing-masing dalam analisis kualitas tanah. Posisi pertama sebagai ketua kelompok, posisi kedua siswa diminta menjadi sekretaris atau pencatat dalam analisis. Posisi ketiga siswa sebagai browser atau pembawa gadget dalam kelompok tersebut. Ini untuk memastikan siswa bisa mengetahui istilah-istilah dalam tanah yang tidak dimengerti oleh siswa bisa dicari di internet. Keterbatasan guru menyebabkan waktu untuk menyajikan materi sangatlah sulit. Posisi ketiga siswa berperan sebagai pembawa buku paket Geografi yang biasa dipergunakan siswa di dalam kelas. Buku paket yang dipergunakan menggunakan Buku Paket Geografi kelas X edisi revisi terbitan Wangsa Jaya Lestari, Solo. Kemudian posisi terakhir siswa berperan sebagai analisator atau pengambil sampel tanah. Pada posisi ini siswa yang diutamakan yaitu siswa Putra dengan pertimbangan dalam satu kelas lebih dominan siswa Putri.
Pengarahan pun akhirnya dilakukan. Siswa secara mandiri membagi kelompok masing-masing sesuai keinginan dan pertimbangan agar interaksi terjaga serta kekompakan lebih mudah. Jika ada dalam 1 kelompok terdiri atas 4 siswa maka 1 siswa harus merangkap dua posisi salah satunya sebagai ketua kelompok. Jika dalam 1 kelompok terdiri dari 6 siswa maka salah satu siswa harus bergabung dengan 1 kelompok yang beranggotakan 4 siswa. Pengamatan dilakukan menyesuaikan dengan kondisi cuaca dalam keadaan cerah. Jika dalam keadaan hujan tentu pengamatan sulit dilakukan dan menunggu pertemuan selanjutnya.