Apabila begitu halnya, tantangan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), cukup besar.
Sebut saja, mempancasilakan 275 juta masyarakat Indonesia bukan pekerjaan mudah.
Apalagi mentransformasi Pancasila menjadi sebuah tindakan nyata. Betul-betul pekerjaan besar, berat bin musykil. Untuk mendorong semangat membumikan Pancasila, BPIP meng-high light
“Membangun Ekosistem Pancasila Dalam Tindakan”, dalam tema Rapat Kerja Tahunan BPIP Tahun 2023. Bisa jadi, slogan itu di ilhami dari amanat Presiden Joko Widodo pada saat peringatan hari Lahir Pancasila di Ende 1 Juni 2022 lalu;
Baca Juga:Aplikasi Pinjaman Online Terbaik, Bisa Cair 800 Ribu, Legal Diawasi OJK, Cek di Sini!Aplikasi Pinjaman Online Terpercaya, Resmi Diawasi OJK Cepat Cair Bunga Rendah Update Februari
“Inilah tugas kita bersama, tugas seluruh komponen bangsa, menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang bekerja, yang dirasakan kehadirannya, dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh tumpah darah Indonesia”
Konon menurut sohibul hikayat, BPIP yang bermula dari UKP PIP (Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan Ideologi Pancasila) ini bertujuan agar Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara Indonesia bisa menghunjam dalam pada setiap hati, pikiran dan perilaku rakyat Indonesia.
Sehingga rakyat Indonesia, tak gentar berhadapan dengan bangsa-bangsa lain.
Tak oleng dengan ideologi yang tak sesuai dengan Pancasila.
Kukuh dalam bertindak sesuai nilai-nilai luhur Pancasila. Bermartabat dalam pergaulan antar bangsa dan sejahtera rakyat dalam naungan sila-sila Pancasila.
Menanamkan roh Pancasila pada setiap sumsum anak bangsa Indonesia.
LIHAT JUGA: Pojokan 137, Lato-Lato Al-Ghausy
Mendohirkan Pancasila dalam aktualisasi borokrasi, layanan dan kehidupan masyarakat. Terikat kuat di pucuk para elit hingga terhunjam dalam di bawah, masyarakat biasa. Tak terkecuali yang membaca tulisan ini.
Tantangan presiden Joko Widodo untuk menghadirkan Pancasila dalam seluruh aspek masyarakat, sejatinya memberikan mandate kepada BPIP sebagai perekayasa sosial (social engineering).
Bolehlah mengunyah berbagai teori-teori perubahan sosial dari Weber, Marx atau Durkheim.
Atau jika masih kurang silahkan telan teori-teori perubahan sosial masa kini semacam, Immanuel Wallerstein yang menyatakan dominasi ekonomi Blok Barat. Atau Thomas Humpres Marshall yang mengkampanyekan negara bisa mengintervensi dalam hal sosial dan ekonomi, apalagi politik. Terserah, mana yang pas dengan kondisi saat ini.