SUBANG-Arak-arakan atau Kesenian Mamanukan saat ini semakin berkembang di Pantai Utara (Pantura) yang meliputi beberapa daerah seperti Karawang, Indramayu, Cirebon, dan khususnya Subang.
Arak-arakan yang merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Subang ini, kini semakin berkembang dan banyak digemari masyarakat. Salah satunya ada sanggar seni mamanukan yang sudah melegenda dan banyak diminati masyarakat.
Sanggar seni Mamanukan tersebut bernama Singa Barong. Singa Barong merupakan grup seni yang memperkenalkan seni Singa Manuk dengan ciri khas tersendiri, sehingga Singa Barong menjadi barometer seni Singa Manuk di Kabupaten Subang.
Baca Juga:BNPB Ikut Tangani Banjir di SubangWaspada Kejahatan Pasar Modal “Goreng Saham”
“Alhamdulillah saat ini Singa Barong telah menjadi barometer seni singa manuk di Subang, karena banyak sanggar seni lain yang tadinya menampilkan kesenian sisingan ikut berganti dengan menampilkan kesenian singa manuk,” ujar pemilik sanggar seni Singa Barong Lili Daryana.
Singa Barong yang beralamat di Desa Gempol, Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang ini sudah berdiri sejak tahun 2015 dan berhasil menciptakan kreasi seni baru Singa Manuk yang lebih moderen.
Lili mengatakan, kesenian Singa Manuk sendiri merupakan perkembangan budaya hasil pertemuan dari kesenian sisingan yang banyak ditampilkan oleh sanggar seni di wilayah Subang.
Singa Manuk berkembang secara keseluruhan mengikuti perkembangan zaman, baik secara bentuk patung maupun secara fungsi Singa Manuk tersebut.
“Pada awal terbentuknya seni mamanukan hanya untuk menghibur anak yang dikhitan dengan melakukan heleran keliling kampung. Tetapi sekarang mamanukan memiliki fungsi yang beragam, seperti ditampilkan saat penyambutan tamu, dan dapat juga ditampilkan pada pagelan panggung atau event-event tertentu,” jelasnya.
Tidak jauh berbeda dengan Sisingan, Mamanukan pun dibawa dengan cara digotong atau diusung oleh empat orang. Di atas mamanukan tersebut ditunggangi oleh anak laki-laki, anak perempuan, bahkan di zaman sekarang orang dewasa pun bisa menunggangi mamanaukan tersebut.
Arak-arakan mamanukan berkeliling dengan menyusuri jalan baik di kota maupun pedesaan, untuk menambah semarak arak-arakan mamanukan dilengkapi dengan badut atau orang yang berdandan menyerupai tokoh kartun.
Baca Juga:Korwil Pendidikan Pusakanagara Terus Kenalkan Kurikulum MerdekaBawaslu Kawal Hak Pilih Warga
Musik yang mengiringi arak-arakan mamanukan musik khas Pantura atau Cirebonan yang dikembangkan dari musik tarling (gitar dan suling) yang lebih condong ke dangdutan. Namun seiring berkembangnya zaman, saat ini musik yang mengiringi arak-arakan lebih begenre Ska, Pop, dan Koplo.