Kedua, perasaan Insecure. Orang yang memiliki perasaan insecure dilingkungannya biasanya memiliki kecenderungan untuk melakukan flexing untuk menunjukkan kepada orang lain jika dirinya juga layak untuk untuk diterima didakui oleh orang-orang disekitarnya.
Ketiga, tekanan masalah. Masalah sering kali dialami oleh setiap orang. Dalam menghadapi masalah ini setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda untuk menanganinya. Ada orang yang mengalami masalah justru melakukan flexing dengan tujuan agar dirinya terlihat baik-baik saja oleh orang lain sehingga ia tak kelihatan memiliki masalah.
Keempat, kebiasaan lingkungan sekitar. Lingkungan yang dilingkupi oleh orang-orang yang sering melakukan flexing maka akan turut membentuk seseorang untuk melakukan perilaku flexing pula.
Baca Juga:Hari Perempuan Internasional ,Kepala DP2KBP3A: Minimalisir Kekerasan Terhadap PerempuanUrban Kayoe Pusat Interior dan Renovasi Rumah terlengkap di Karawang
Fenomena flexing yang terjadi pada generasi muda saat ini merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan adat ketimuran. Adat ketimuran yang berkembang di Indonesia saat ini adalah masyarakat Indonesia yang ramah, santun, dan menjunjung tinggi adat istiadat yang ada dimasyarakat. Fenomena flexing ini jelas sangat bertentangan dengan budaya ketimuran yang dipegang erat oleh masyarakat Indonesia.
Apa yang bisa dilakukan?
Perilaku flexing yang berkembang saat ini perlu adanya langkah nyata agar oara generasi muda tidak terjebak perilaku flexing yang cenderung membawa generasi muda pada perilaku negatif. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindarkan generasi muda dari budaya flexing diantaranya;
Pertama, memberikan edukasi mengenai nilai dan norma. Generasi saat ini perlu adanya edukasi menegnai nilai dan norma agar para generasi muda memahami nilai-nilai luhur yang ada di Indonesia.
Kedua, memberikan penghargaan atas pencapaian. Pengakuan atas sebuah prestasi merupakan hal yang penting. Penghargaan dan pengkuan bukan semata-mata pada perkara finansial melainkan memberikan pujian juga perlu diberikan ketika para generasi muda telah mampu meraih sebuah prestasi.
Ketiga, berikan persepktif yang benar tentang status sosial. Status sosial seringkali menjadi tujuan utama seseorang melakukan flexing sehingga perlu dipahamkan kepada generas muda saat ini jika status sosial bukanlah segala sehingga mereka memperoleh kedamaian batin.
Melalui upaya sederhana diatas diperlukan peran nyata orangtua dan sekolah dalam berkolaborasi membentengi generasi muda dari perilaku flexing sehingga nilai-nilai luhur budaya Indonesia tak akan luntur seiring dengan perkembangan teknologi.